“Ustaz, itu … tadi aku yang menata sendal,” lapor Radit kepada saya.
“Masyaallah, iya, Radit hebat!” respons saya.
Kelas satu terjadwal wudu. Anak-anak antre dengan duduk berjajar di tempat duduk yang sekaligus kolongnya berfungsi sebagai rak sepatu. Ada yang mengobrol, ada juga yang bersedekap seakan sudah siap untuk dipanggil dan melaksanakan wudu.
Saya bertugas sebagai pembimbing wudu secara klasikal. Saya mendahulukan anak-anak yang sudah lulus tes wudu. Sekadar sebagai apresiasi untuk mereka karena lulus lebih dulu dibanding teman-temannya. Juga saya niatkan untuk memotivasi yang belum lulus untuk segera mempercantik gerakan wudunya.
“Ya, silakan, yang sudah lulus boleh duluan!” ujar saya.
Sambil melihat-lihat apakah gerakan wudu anak-anak sudah sempurna atau belum. Saya nyambi melihat kondisi antrean yang cukup panjang. Dari ujung utara hingga dekat pintu ruang kelas 2.
Beberapa “kloter” wudu telah tuntas. Berdoa dan kembali ke kelas untuk salat Duha. Tinggal satu “kloter”—anak-anak yang belum tes wudu—saya panggil.
“Silakan, selanjutnya!” panggil saya.
Sekitar 6—7 anak berjalan, memakai sandal, dan mendekati area tempat wudu.
“Bismillāhirrahmānirrahīm …,” ujar saya memulai instruksi wudu.
“Cuci tangan tiga kali, … bla … bla … bla …,” instruksi saya.
Hingga wudu pun selesai. Beberapa anak lupa untuk menata kembali sandal yang semula tertata rapi di rak yang disediakan. Terlihat Radit, yang memang selesai wudu terakhir, rela menatanya dengan tuntas. Tak tertinggal satu pasang sandal pun di atas lantai. Ia rela tertinggal oleh teman-temannya yang sudah lebih dulu sampai di depan kelas untuk berdoa setelah wudu.
“Masyaallah …,” batin saya kepada Radit.
Dua hari setelahnya, kejadian serupa terulang kembali. Teman-temannya kembali lupa tak menata sandal usai mereka pakai. Dan saya, yang juga sudah berjalan mendahului mereka, tak sempat melihatnya sehingga tak mengingatkan. Sehingga Radit menata sandal yang dipakai teman-temannya lagi. Hingga yang ke sekian kalinya Radit sampai sempat melapor kepada saya bahwa ia telah menata sandal yang dipakai teman-temannya.