2 Januari 2024, rutinitas kembali dimulai. Setelah satu tahun lamanya libur sekolah. Kan dari tahun 2023 sampai tahun 2024. Candaan yang sering terdengar.
Setelah libur agak lama, terkadang muncul rasa aras-arasen. Ini penyakit yang tak boleh dibiarkan. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk afirmasi positif. “Alhamdulillah, berhasil,” batin saya. Segera bersiap diri untuk menyambut para murid yang sudah dirindukan.
Setiba saya di sekolah, ternyata sudah ada dua anak yang lebih gasik, Kinan dan Vira. Kinan menghampiri untuk salim. Vira masih menata isi tasnya. Menit demi menit, suasana kelas kian ramai. Wah, tak sedikit pun saya mendengar celoteh anak-anak “liburnya kurang, Bu,” atau “malas sekolah, Bu.” Saya merasa malu sudah aras-arasen pagi tadi.
“Kaptennya siapa, Bu?” tanya Icha.
“Saya aja, Bu,” sahut Salma.
“Bu Eva kok lupa, ya, siapa yang terakhir jadi kapten. Anak-anak ada yang ingat, nggak?”
Mereka saling menebak. Tapi saya ragu, saya juga benar-benar tak ingat.
“Mulai dari absen satu lagi aja, Bu,” timpal Aza.
“Emm … boleh,” pungkas saya.
06.57 pengeras suara sudah mengumandangkan bel. Anak-anak berbaris. Kapten Icha memimpin. Semestinya absen satu, Inara. Tetapi ia masih belum terlihat sehingga harus digantikan.
Tahfiz pagi selesai. Anak-anak diminta memakai sepatu dan berbaris di selasar.
“Kok nggak ada ngaji, Bu?” tanya dua atau tiga anak.
Kegiatan BAQ di hari pertama MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) semester genap memang ditiadakan. Baru berlangsung lagi keesokan harinya. Mungkin beberapa anak sudah rindu mengaji di sekolah.
Semua anak telah berbaris di selasar.
“Kita mau senam SKJ, ya, Bu?” tanya Aza.
“Iyaa. Mbak Aza masih ingat gerakannya?”
“Masih, Bu. Mau di depan boleh nggak, Bu? Tapi sama Fathir.”
“Boleh, dong, nanti Mbak Aza di depan, ya, temani Bu Eva,”
“Apa? Kok aku? Aku, lo, agak lupa,” sahut Fathir.
“Ya sudah, kalau Fathir nggak mau, Mbak Aza aja.”
Lantas saya meminta izin Bu Wiwik supaya Aza juga di depan memimpin senam. Bu Wiwik sepakat.
“Silakan anak putri mengikuti Bu Eva,” pinta Bu Wiwik.
Lalu disusul anak putra. Disusul lagi murid-murid kelas 2.
Saya ajak anak-anak untuk pemanasan dulu. Pagi itu belum begitu terasa panasnya terik matahari. Masih cukup hangat untuk berolahraga di luar.
Selama senam, Aza tampak lebih lihai dan hafal gerakan per gerakannya. Ia juga ditemani kakak kelasnya, Nadia. Bu Wiwik juga turut serta di belakang Aza. Jika ada bagian gerakan yang lupa, sesekali saya melirik ke arah mereka. Saya merasa terbantu berkat Aza, yang mengajukan diri.