23 Agustus 2023, saya diamanahi oleh Kepala Sekolah untuk ngangsu ilmu kepada guru kelas 1. Hari pertama, saya mengamati dari kedatangan hingga penjemputan pulang, kecuali pada jam ke-3 dan ke-4, saya membersamai BAQ di kelas 2. Saya mengamati, bagaimana guru kelas 1 memperlakukan anak-anak dan respons anak-anak terhadap guru. Sikapnya, tutur katanya, perilakunya, hingga pengemasan materi dalam suatu pembelajaran.

Sebelumnya, Pak Kambali, Kepala Sekolah, sudah memberi amanah kepada tim kelas 2 tentang berbagai uraian tugas yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Tak ketinggalan, Pak Kambali juga ikut terlibat dalam tugas tersebut. Ustazah Layla adalah anggota tim guru kelas 2 sekaligus koordinator Al-Qur’an. Ustazah Layla diamanahi untuk membersamai anak kelas 2 dalam pelajaran BAQ. Nah, hari itu bertepatan dengan agenda MAPSI Kecamatan Banyumanik. Sekolah kami mengirimkan enam anak untuk mewakili berbagai cabang lomba. Nadia, Ridho, Itaf, Cemara, Langit, dan Meisya. Guru yang bertugas untuk mendampingi ialah Ustazah Layla, Ustaz Adhit, dan Bu Ambar. Sehingga, hari itu, Ustazah Layla belum bisa membersamai BAQ anak-anak kelas 2.

Hari kedua, saya mengamati full. Dari kedatangan hingga penjemputan anak-anak. Namun, kali ini saya penasaran dengan pembiasaan wudu. Akhirnya, saya meminta izin kepada Bu Wiwik untuk keluar kelas terlebih dahulu, agar bisa mengamati suasana dan sikap anak-anak ketika di tempat wudu. Saya melihat dengan saksama. Ketika sampai di tempat wudu, anak-anak langsung menempatkan diri dan menunggu guru kelas 1 dengan tenang. Berbicara seperlunya dan sewajarnya. Kalaupun ada yang berbicara berlebihan, mereka tahu konsekuensinya. Mengantre paling belakang. Masyaallah.

Setibanya guru kelas 1, anak-anak dipanggil untuk wudu. Mereka wudu dengan tertib.

Hari ketiga, penasaran saya bertambah. Seusai wudu, anak-anak berdoa dan menuju ke kelas. Padahal di kelas belum ada guru yang mendampingi. Bu Wiwik mendampingi anak-anak berdoa setelah wudu, Bu Eva mendampingi anak-anak yang sedang wudu, dan Ustaz Adhit mendampingi anak-anak wudu secara privat. Akhirnya, ketika sedang berlangsung pembiasaan wudu, saya meminta izin kembali kepada Bu Wiwik untuk masuk ke kelas terlebih dahulu. Sesampainya di kelas, anak-anak langsung menempatkan diri. Mengambil secarik kertas di sudut pojok baca yang bertuliskan nazam asmaulhusna. Kemudian duduk. Di antara mereka ada yang berbicara dengan temannya, ada juga yang bermain.

Kala itu, saya hanya mengamati saja. Saya juga bingung. “Bagaimana kalau sudah lebih dari lima menit tapi anak-anak belum mulai?” batin saya.

Masyaallah, tak butuh waktu lama. Kurang dari satu menit, Gibran menata dirinya dengan merapikan peci. Kemudian mengatur napas sambil berkata, “Oke. Fokus. Ayo mulai.”

Gibran langsung membaca asmaulhusna. Seketika, kalimat Gibran seperti aba-aba yang langsung diikuti oleh teman-temannya.

Azza dan Rara yang baru masuk ke kelas langsung duduk di baris ke-4, atau baris ke-2 barisan putri. Fathir yang melihat kejadian itu langsung mengingatkan, “Eh, kata Bu Wiwik, yang depan diisi dulu,” sahut Fathir.

Azza dan Rara langsung menempatkan diri di barisan pertama putri.

Melihat kejadian-kejadian itu, saya berpikir, pasti ada peran besar guru hingga anak-anak mempunyai sifat taat. Cara guru mengingatkan, memberikan contoh, mengapresiasi, dan konsistensi seorang guru sangatlah berpengaruh dalam membentuk karakter anak.

Bagikan:
223 thoughts on “Kebiasaan Baik”

Leave a Reply

Scan the code