“Bu, saya bawa uang saku sepuluh ribu,” ucap Mika.
“Oh, iya, Mas Mika. Disimpan baik-baik uangnya, ya. Nanti saat istirahat, bisa digunakan untuk membeli jajan,” nasihat saya.
“Saya juga bawa uang saku sepuluh ribu, Bu,” ucap Azza.
“Oh, iya. Uang sakunya disimpan baik-baik, ya,” pesan saya.
Demikian penggalan cerita pagi ini. Anak-anak saling melapor bahwa mereka membawa uang saku.
Berbeda dari biasanya, hari Rabu (30/10/2024) adalah kali pertama dimulainya kegiatan Entrepreneur Cilik di sekolah. Anak-anak dianjurkan untuk tidak membawa bekal makanan, tetapi membawa uang saku maksimal sepuluh ribu.
Kegiatan Entrepreneur Cilik ini dirancang untuk memberikan edukasi kepada anak tentang pengenalan mata uang dan jual beli. Penjualnya adalah murid-murid kelas 3. Penentuan personelnya bergantian dengan sistem piket. Tiga anak putra untuk menjaga stan putra dan tiga anak putri untuk menjaga stan putri. Pembelinya adalah murid-murid kelas 1, 2, 3, dan bapak/ibu guru. Penyetor makanannya, wali murid SD Islam Hidayatullah 02. Selain menjaga stan, penjual juga menghitung perolehan hasil penjualan dan membaginya sesuai dengan penyedia jajanan.
“Teman-Teman, setelah ini boleh istirahat. Yang ingin membeli jajan, silakan mengantre. Anak putra di depan kelas 3 dan anak putri di depan kelas 1,” instruksi saya.
Anak-anak bergegas meninggalkan kelas. Mereka segera mengantre dan membeli jajan yang mereka inginkan. Saya mengamati di antrean anak putri. Anak-anak sangat antusias. Mengapa tidak? Ini adalah hal yang baru bagi mereka.
Usai membeli jajan, anak-anak kembali ke kelas. Saya juga menjadi pembeli kala itu. Setelah mendapatkan makanan, saya duduk dan makan bersama anak-anak.
“Mbak Azza beli apa?” tanya saya.
“Beli sosis bakar dan makaroni telur, Bu,” jawab Azza.
“Sosis bakarnya kok enggak dimakan? Atau mau dimakan saat jam istirahat kedua?” lanjut saya.
“Enggak, Bu. Mau saya bawa pulang untuk diberikan ke Adik,” jawab Azza.
“Wah, kakak yang baik, ya, Mbak Azza,” puji saya.
Azza membalas dengan tersenyum.
Masyaallah, peduli sekali Azza kepada adiknya. Ia rela menyisihkan satu makanan yang ia beli untuk diberikan kepada adiknya. Dari ini, Azza sudah mengamalkan sikap untuk tidak mementingkan diri sendiri, tapi juga berbagi kepada orang lain. Selain itu, Azza juga sering berbagi bekal makannya kepada teman-teman dan membantu teman yang kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja. Istikamahkan kebaikanmu sampai dewasa nanti, ya, Azza.