Belum usai pelajaran BAQ kelas 2, azan Zuhur sudah mulai berkumandang di beberapa sudut wilayah Banyumanik. Saya melirik jam yang terpajang di dinding kelas 2. Pukul 11.40. Saya pun harus segera mengakhiri pelajaran.

Setelah mengakhiri pelajaran, saya segera menuju ke tempat wudu. Mendampingi wudu anak-anak kelas 3. Sesampai saya di tempat wudu, ternyata kebanyakan anak-anak kelas 3 sudah selesai berwudu. Saya bertemu Ridho. Dia sedang berdoa sesudah wudu. Tak sengaja, pandangan saya tertuju ke tangan Ridho. Jam tangan dengan sabuk terbuat dari karet melekat di tangannya.

“Tadi pas wudu, jam tangannya dilepas apa tidak, hayo, Ridho?” selidik saya.

“He-he, nggak, Ustaz, jawab Ridho.

Seketika saya berasumsi bahwa sangat mungkin air tidak bisa mengalir rata ke tangan saat wudu. Jam tangan dengan sabuk terbuat dari karet itu terlihat jelas menempel kuat di tangan Ridho.

“Wudunya diulang lagi, ya, instruksi saya.

Loh, kenapa?” balas Ridho.

“Mungkin di bagian tangan Ridho yang tertutup jam tangan ini belum rata terbasuh air, karena tadi pas wudu Ridho tidak melepas jam tangannya, jelas saya sambil menunjuk jam tangan Ridho.

“Rata, kok, Ustaz, keukeuh Ridho.

“Coba, dilepas jam tangannya.

Ridho melepas jam tangannya. Terlihat bekas lilitan sabuk jam tangannya. Kulit di bagian itu masih kering.

“Nah, kan, ini masih kering.

Akhirnya Ridho mengulang wudunya. Terlihat dari raut wajahnya, Ridho seperti agak kecewa. Saya membiarkannya terlebih dahulu. Mungkin Ridho perlu mengendapkan emosinya terlebih dahulu.

Waktu asar tiba. Saya segera menuju ke tempat wudu. Saya melewati ruang kelas 3. Ada seorang anak yang belum dijemput. Saya mendekat. Ternyata Ridho. Terlihat ia sedang melepas jam tangannya.

Ayo, wudu, Ridho,” ajak saya.

Ayo, jawab Ridho.

Kami pun berjalan bersama menuju tempat wudu sambil mengobrol.

“Wah, hebat! Sebelum wudu, sekarang sudah melepas jam tangannya terlebih dahulu,” puji saya.

He-he,” Ridho tersenyum.

Nah, begitu. Waktu zuhur tadi, Ustaz mengingatkan Ridho supaya wudunya lebih baik lagi. Di samping itu, juga biar sah wudunya, loh.

“Iya, Ustaz, terima kasih.”

“Sama-sama, Ridho.

Saking asyiknya mengobrol, tak terasa kami sudah sampai di tempat wudu. Kami pun segera berwudu dan menunaikan salat Asar. Semenjak itu, beberapa kali saya mendapati Ridho sudah tidak memakai jam tangannya sebelum berwudu.

Alhamdulillah. Akhirnya, Ridho bisa menerima nasihat Bapak/Ibu guru. Tak sampai di situ, Ridho juga mengamalkan nasihat Bapak/Ibu guru tanpa perlu diingatkan lagi. Alhamdulillah, saya merasa lega banget.

Bagikan:
Scan the code