Bel istirahat kedua berbunyi. Seorang gadis kecil mengetuk pintu kelas 1 sambil mengucap salam. Tanpa sepatah kata pun, ia menggandeng tangan saya dan Bu Eva. Kami berdua “diculik” menuju kelas 2. Gadis kecil itu adalah murid kelas 2. Namanya Icha.
Saya dan Bu Eva beradu pandang. Kami melempar senyum satu sama lain. Kami pun kompak berpura-pura tak tahu maksud Icha mendudukkan kami di ruang kelasnya.
“Ada apa ini, Mbak Icha?” tanya Bu Eva.
“Udah, pokoknya Bu Eva sama Bu Wiwik di sini aja,” jawab Icha.
Wajah dan gestur Icha menyiratkan kegugupan. Sesekali, ia membuka pintu kelas dan menengok ke luar. Saat menengok itu, Icha menoleh ke kanan dan kiri. Beberapa kali Icha terlihat mondar-mandir dari tempat dua gurunya duduk ke pintu kelas.
Beberapa menit kemudian, Icha dan teman-temannya menuntun kami ke arah belakang. Saat mendekati ruang kelas 1, saya berpura-pura hendak masuk kelas itu. Inara dengan sigap mencegahnya. Ia pun menuntun saya membuntuti Icha yang juga menuntun Bu Eva. Kami berdua kembali didudukkan. Kali ini di buk dekat tempat wudu. Di sana, sudah berkumpul sebagian murid kelas 2 dan 3.
“Bentar lagi bel (masuk) lo. Bu Wiwik, kan, harus mengajar,” tawar saya.
“Sebentar, Bu. Tunggu dulu,” rengek Icha.
Tak berapa lama, terlihat Bu Indah dan Bu Yunita yang juga “diculik” menuju tempat saya dan Bu Eva didudukkan. Disusul Ustaz Adhit, Ustaz Aruf, dan Pak Kukuh. Makin banyak murid-murid yang berdatangan. Hingga hampir semua murid kelas 2 dan 3 berkumpul di sana.
“Selamat Hari Guru!” pekik anak-anak.
Nadia membawa belasan minuman sari kacang hijau yang disusun layaknya kue tar. Seutas pita mempercantik “kue tar” itu. Di sekelilingnya dihiasi puluhan permen.
Satu per satu, murid-murid menyalami semua guru yang ada di sana. Area sekitar tempat wudu penuh sesak. Sepenuh rasa haru dan bahagia kami—para guru—yang diperhatikan sedemikian mendalamnya.
Baca juga: HGN
Saya penasara: siapa yang merancang kejutan ini? Rupanya Rara! Rara-lah yang awalnya mencetuskan gagasan untuk memberi kejutan kepada Bapak/Ibu Guru. Idenya disambut terbuka oleh teman-teman dan kakak-kakak kelasnya. Meski terlambat sehari, Hari Guru Nasional kali ini memberikan kesan mendalam. (A2)