Tahfiz pagi telah usai. Ustaz Adhit mempersilakan murid-murid putra untuk bersiap olahraga. “Yes!” pekik anak-anak putra begitu tahu mereka terpilih lebih dulu. Sehari sebelumnya (05/11/2024), anak-anak mengikuti widyawisata ke Taman Kelinci, Salatiga.

Widyawisata merupakan kegiatan belajar di luar kelas. Untuk kelas 1, kegiatan ini difokuskan pada penguatan motorik kasar, kemandirian, dan ketangguhan anak-anak. Trip kali ini bisa jadi merupakan perjalanan pertama anak-anak tanpa didampingi orang tua. Tak hanya anak-anak yang penasaran, orang tua—terutama ibu—mereka pun juga sempat khawatir. Demi mengurangi rasa khawatir itu, kami—para guru pendamping—berupaya untuk menyampaikan update kegiatan anak-anak. Pada tiap tahapan kegiatan, kami mengirimkan dokumentasi di grup kelas.

Kunjungi: Field Trip 2024

Selain perjalanan yang cukup melelahkan, rangkaian kegiatan yang dijalani murid-murid pun tak kalah menguras energi. Meski demikian, tak sedikit pun anak-anak mengeluh. Terdapat lima kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak: memanah, naik sampan, memberi makan ikan, flying fox, dan halang rintang.

Pada permainan halang rintang, murid-murid ditantang untuk melewati berbagai rintangan. Ada meniti jaring, balok, papan, dan merangkak melewati drum. Semua rintangan tersebut berada pada ketinggian sekitar 1 meter. Jadi, anak-anak tak hanya fokus untuk melewati tantangan, tetapi juga melawan rasa takut ketinggian.

“Bu, tolong. Saya takut!” pekik Amira saat hendak melewati balok titian.

“Insyaallah, Amira bisa. Ayo, Bu Guru jagain dari sini. Amira fokus aja,” bujuk saya dari bawah.

Ustaz Adhit dan teman-teman Amira turut menyemangati Amira.

Meski tampak takut, Amira tetap berusaha menyelesaikan tantangan. Setapak demi setapak, telapak kaki Amira beringsut-ingsut di atas dua besi panjang berbentuk pipa. Kedua tangan Amira masih tampak kaku memegangi tali yang membentang setinggi pinggangnya. Setelah melewati sepertiga dari panjang titian, Amira kian percaya diri. Pegangan tangannya terlihat lebih rileks. Amira pun berani melangkah, tidak lagi beringsut-ingsut.

Senyum lebar tersungging di wajah Amira begitu ia tiba di pijakan terakhir.

“Amira hebat! Good job, Amira!”

Pada titian berikutnya, Amira makin yakin dan percaya diri. Ia tak lagi merengek meski tantangan baru menghadangnya.

Amira telah mengalami tempaan yang berat. Pada tantangan yang sama, mungkin, perjuangan Amira jauh lebih berat dari teman-temannya. Dan saya meyakini, Amira telah belajar hal besar hari itu. Dia berhasil meyakinkan dirinya sendiri dan membuktikan kepada semua orang bahwa dia tangguh.

Dari yang awalnya takut, Amira jadi ketagihan. Betapa tidak? Saat ada waktu luang, Amira kembali menaiki jembatan halang rintang itu. Kali ini, Amira melewatinya dengan senyuman, dari awal hingga finis. Saya, yang menyaksikannya dari jauh, hanya bisa bersyukur dan ikut tersenyum puas. Selamat, Amira! (A2)

Bagikan:
Scan the code