Suara alarm memecah keheningan. Sebelum alarm itu kian meraung-raung, Bu Wiwik segera mengusap layar ponselnya ke atas. Pukul tiga pagi di Votel de Bandungan. Tak seperti yang diperkirakan sebelumnya, Bandungan tak sedingin dulu. Sejuknya Bandungan dini hari itu bisa dibilang mirip Banyumanik.

Bu Wiwik segera bersiap. Bu Rizqa—teman sekamar Bu Wiwik—mengalah. Beliau mempersilakan Bu Wiwik menggunakan toilet terlebih dahulu. Bu Rizqa sedang uzur, jadi beliau memprioritaskan kepentingan Bu Wiwik.

Pagi itu adalah hari terakhir kegiatan Hidayatullah Leadership Academy. Sejak Senin, para peserta dikarantina untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang terjadwal. Sebagaimana sebelumnya, salat malam dilakukan secara mandiri namun bersama. Di joglo yang letaknya di area belakang penginapan.

Setelah salat Subuh berjemaah, zikir, dan doa, kegiatan dilanjutkan dengan permainan. Tiga puluh peserta dibagi ke dalam empat tim. Satu tim putra beranggotakan enam orang. Sementara tiga tim putri masing-masing beranggotakan tujuh orang. Penamaan tim menggunakan empat kata dari lima nilai dasar pengabdi Hidayatullah: TOHA-P (Takwa, Optimistik, Handarbeni, Amanah, dan Profesional). Kata “Profesional” tidak digunakan karena jumlah tim hanya empat.

Sedianya, kegiatan dilaksanakan di halaman joglo. Namun, oleh karena malam sebelumnya hujan, panitia memutuskan mengalihkan kegiatannya dari area berumput tersebut ke dalam joglo. Meski demikian, hal ini tak mengurangi makna dan meriahnya acara.

Dua permainan disiapkan. Permainan pertama dimenangkan oleh kelompok “Optimis”. Permainan kedua cukup menantang. Meski tak membutuhkan adu fisik, permainan ini cukup menguras daya pikir. Empat tim berbaris. Memanjang ke belakang. Orang pertama anggota tim menghadap panggung. Anggota yang lain membelakangi.

Orang pertama tersebut membaca sebuah pepatah berbahasa Jawa. Ia bertugas menyampaikan pepatah tersebut tanpa kata, melainkan menggunakan gestur. Orang terakhir menebak gestur yang diperagakan oleh anggota lainnya.

Bu Wiwik tergabung dalam kelompok Takwa bersama Bu Iin, Bu Etik, Bu Rizqa, Bu Reni, Bu Silvi, dan Bu Delita. Bu Iin menjadi orang pertama. Ia memeragakan kata demi kata kepada Bu Delita. Gerakan yang diperagakan Bu Iin lantas diteruskan ke Bu Rizqa oleh Bu Delita. Begitu seterusnya hingga ke Bu Wiwik.

Bu Wiwik menerima tiga gerakan. Menangkupkan kedua telapak tangan. Tangkupan telapak tangan tersebut diletakkan di telinga kiri sambil memiringkan kepala. Gerakan diakhiri dengan membuka kedua lengan dan telapak tangan.

Bu Etik bertugas menebak pepatah yang dimaksud. Dengan tiga gerakan tadi, hampir mustahil beliau dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar. Bu Etik tampak berpikir keras. Kedua matanya menyiratkan kebingungan dan keraguan. Hampir putus asa. Tiga tim lain gagal menyelesaikan tantangan.

Bu Etik masih berusaha. Hingga akhirnya terucap kalimat: “Rukun agawe sentosa. Crah agawe bubrah.” Panitia memberi isyarat benar atas jawaban Bu Etik. Tim Takwa bersorak kegirangan.

Apa yang tim Takwa alami bisa dibilang di luar logika. Dengan gerakan yang membingungkan itu, rasanya mustahil pepatahnya dapat tertebak dengan benar. Namun, kenyataannya tidak demikian. Bu Etik dapat menerkanya dengan ketepatan 100%. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Dalam memimpin, tidaklah cukup hanya mengandalkan komunikasi dengan sesama. Tuhan itu lebih dekat dengan kita daripada urat leher kita sendiri.”

Kalimat itulah jawabannya!

“Terima kasih, Pak Teguh,” senandika Bu Wiwik. (A2)

Bagikan:
11 thoughts on “Kalimat Jawaban”
  1. Tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt, meskipun itu di luar logika kita.

  2. Percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT dan saat merasa mustahil keluar dari suatu masalah ataupun saat melakukan sesuatu, selain berusaha juga perlu berdoa kepada Allah SWT karena tidak ada lagi yang mustahil bagiNya

  3. karena tidak ada yg mustahil bagi allah. meskipun terkadang diluar logika manusia

  4. Memang benar sebaik-baiknya komukasi kita terhadap manusia, tidak akan selamanya baik jika kita tidak menjaga komunikasi kita kepada Allah. Seperti dalam kalimat:ان حسن علاقتك بالله من اكبر عوامل نجاحك “Sesungguhnya hubungan baikmu dengan Allah merupakan senjata utama untuk kesuksesanmu”

Comments are closed.

Scan the code