Setiap melihat kelas 1 saat berdoa setelah wudu, Bu Amik merasa iri. Dalam hati bersenandika, kok bisa ya, anak-anak tertib dan khusyuk berdoa begitu. Ketika diminta baris, kelas 2 sering tidak setertib kelas 1. Bahkan ada yang menghindar untuk berbaris. Mereka diminta berdoa dengan dibariskan, seolah kurang berkenan. Mereka penginnya berdoa sendiri-sendiri.

Memang, sih, kelas 2 sering gabung dengan kelas 1, tetapi tetap saja yang terlihat lebih tertib kelas 1. Meskipun kadang kala kelas 1 ada yang terlihat belum tertib seperti yang diharapkan.

Ada yang bisa ditiru dari yang dilakukan Bu Wiwik. Mengulang berdoa bagi yang tidak khusyuk. Dampaknya, anak-anak lebih khusyuk sikapnya dalam berdoa.

Oke, kalian silakan berdoa sendiri-sendiri tanpa harus menunggu teman yang belum selesai wudu, tetapi harus tertib dan khusyuk. Ketahuan tidak khusyuk, harus mengulang. Karena pada akhirnya kalian memang dilepas untuk melaksanakan kewajibannya sendiri, tanpa ditunggui Bapak Ibu Guru terus,” gumam Bu Amik dalam hati.

Hari Kamis, beberapa bapak ibu guru melakukan kunjungan ke SD Diponegoro. Tujuan kunjungan adalah untuk studi banding atau ngangsu kawruh. Mereka adalah Pak Kambali, Bu Wiwik, Bu Shoffa, Ustaz Adhit, Ustaz Aruf, dan Bu Ambar.

Yang di sekolah Bu Amik, Ustazah Layla, Bu Eva, dan Bu Nika. Yang biasanya mengajar berdua, hari itu Bu Amik mengajar sendiri. Begitu juga Bu Eva, yang mengajar di kelas 1.

Menjelang salat Duha, saat berbaris di karpet, kesempatan Bu Amik untuk menyampaikan ketentuan baru berkaitan dengan doa setelah wudu.

“Anak-Anak, saat ini bu Shoffa, Ustaz Aruf, dan Ustazah Layla sedang tidak bersama kita. Bu Amik sendiri nanti yang mendampingi wudu kalian. Nah, karena hanya ada Bu Amik, Anak-Anak berdoanya setelah wudu boleh tidak menunggu temannya yang masih wudu.”

“Ustaz Aruf dan Bu Shoffa ke mana, Bu Amik?” tanya Itaf.

“Ustaz Aruf dan Bu Shoffa berkunjung ke SD Diponegoro bersama Pak Kambali, Bu Wiwik, dan Ustaz Adhit,” jawab Bu Amik

“Lha, Ustazah Layla?” tanya Qaleed.

“Ustazah Layla mendampingi Nadia munaqasyah di SD 01.”

Selesai tepuk wudu, anak-anak berbaris menuju tempat wudu. Mereka yang mendapat kesempatan berwudu lebih dulu, langsung berwudu. Sedangkan yang lain menunggu giliran dengan duduk di bok, seperti biasa.

“Silakan yang sudah selesai wudu berdoa sendiri, tanpa harus menunggu temannya. Syaratnya harus khusyuk saat berdoa. Jika ketahuan tidak khusyuk, maka harus mengulang,” kata Bu Amik.

Bu Amik berdiri di tepi yang biasanya untuk memandu atau mengawasi anak-anak wudu. Bu Amik juga sesekali melihat anak-anak yang berdoa setelah wudu sambil mengingatkan, jika belum khusyuk, maka harus mengulang.

Ternyata, ketika diberi kepercayaan, anak-anak juga bisa melaksanakan dengan baik. Yang biasanya sambil lari ke sana kemari pun bisa berdoa dengan khusyuk dan tertib. Anak-anak sebenarnya bisa diajak kerja sama.

Bagikan:

By Suparmi

241 thoughts on “Tak Bersama tetapi Khusyuk”

Leave a Reply

Scan the code