Waktu menunjukkan pukul 10.07, anak-anak mulai persiapan salat Duha. Ketika sedang mengantre wudu, Gibran dan Mika berebut tempat duduk. Gibran tampak hendak marah kepada Mika. Dengan sigap, Fathir mengelus-elus dada Gibran sembari mengucap, “Puasa, Gib, sabar.”

Beberapa kali Fathir menenangkan Gibran dengan lembut.

Gak boleh marah-marah. Nanti puasanya batal, lo, Gib,” imbuhnya.

Alhamdulillah, yang ditenangkan pun mendengar nasihat temannya. Gibran mengurungkan amarahnya. Ia berhasil puasa marah pagi itu.

Keesokan harinya, juga di waktu yang sama ketika mengantre wudu. Fathir berseteru dengan Vano. Ada kesalahpahaman di antara mereka. Fathir meminjamkan kartu mainannya kepada Vano. Karena sudah beberapa hari membawanya, Vano menganggap bahwa Fathir memberikan mainannya itu. Namun, hari itu, Fathir meminta kembali kartunya. Vano tidak bersedia memberikan. Mereka teguh pendirian dengan persepsinya masing-masing.

“Udah, Van, kasih aja,”  ucap salah seorang anak putri.

Vano masih belum bersedia.

“Sabar, Thir, lagi puasa,” ucap Gibran lembut sembari memegang tangan Fathir.

Akhirnya Fathir dan Vano menangis. Gibran berusaha memisah keduanya. Ternyata mereka memang masih dini. Belum tentu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Bu Eva sedang mengawasi anak-anak yang tengah berwudu. Bu Wiwik menghampiri untuk memediasi kedua anak itu. Amarah sudah teredam. Vano mau mengalah memberikan kartunya.

Setelah salat Duha dilaksanakan, keduanya berbaikan. Dengan suka rela Fathir memberikan kartunya kepada Vano.

Meski sedang berpuasa, memang tidak mudah menahan amarah. Apalagi bagi anak-anak. Mereka memang masih anak-anak, tapi sudah pandai saling menasihati. Itu juga bagian dari belajar. Baik Fathir, Vano, Mika, dan Gibran, telah belajar untuk lebih berbesar hati di bulan yang suci.

Bagikan:
456 thoughts on “Saling Menasihati”

Comments are closed.

Scan the code