16 Maret 2024
Pentas Gebyar Ramadan telah selesai. Salam penutup dari Ustaz Adhit dan Ustazah Layla menandai berakhirnya acara. Kumandang azan telah terdengar, anak-anak pun mulai berbuka. Mereka makan snack yang dibagikan. Sebelum berbuka, tak lupa mereka berdoa.
“Allahumma laka sumtu .…”Begitu terdengar doa anak-anak. Mereka berbuka di belakang panggung dengan beralaskan MMT. Bapak Ibu guru juga berbuka. Ada yang langsung makan besar, ada juga yang masih berganti kostum.
Waktu mulai beranjak meninggalkan Magrib. Bapak Ibu guru memutuskan untuk segera meninggalkan Mal Ciputra. Bu Wiwik memastikan siapa-siapa anak-anak yang telah dijemput orang tuanya dan siapa-siapa yang kembali ke sekolah bersama bapak ibu guru. Sebagian besar langsung pulang bersama orang tuanya, karena mereka turut menyaksikan penampilan putra putrinya di mal. Namun, ada juga yang ingin kembali ke sekolah bersama Bapak/Ibu Guru meski mamanya ikut menonton di mal. Itulah Meisya, siswi kelas 3. Selain Meisya, ada juga Qaleed, Adit, Aza, dan Salma yang ikut bersama bapak ibu guru ke sekolah.
Pukul 18.56 bapak ibu guru dan anak-anak telah selesai menunaikan salat Magrib di masjid yang terletak di Jl. Sisingamangaraja.
“Bu, boleh tahu salat Magrib di mana?” tanya bunda Meisya melalui WhatsApp.
“Di masjid Depag, Bu. Jl. Sisingamangaraja, ” jawab Bu Amik.
“Baik, Bu. Ini saya langsung ke sekolah, nggih,” lanjut bunda Meisya.
“Inggih, Bu. Hati-hati, jalan licin. Masih hujan.”
“Siap, Bu. Terima kasih.”
Pukul 19.11, mobil memasuki halaman sekolah. Hujan belum reda. Saat itu, sudah menunggu beberapa orang tua murid yang hendak menjemput anaknya. Mereka yang sudah ditunggu, langsung pulang bersama orang tuanya.yang belum dijemput masih menunggu di Sekolah. Tinggal Aza dan Qaleed yang belum dijemput.
Bapak ibu guru masuk ke ruang kelas 1, diikuti Aza dan Qaleed.
“Kita makan dulu, setelah itu salat Isya dan Tarawih,” kata Pak Kambali.
“Nggih, Pak Kambali,” jawab Bapak Ibu Guru.
“Assalamu’alaikum… ,“ terdengar suara salam dari luar.
“Wa’alaikumussalam…,” jawab bapak ibu guru hampir bersamaan.
Ternyata ayah Aza yang datang. Aza pun pulang bersama ayahnya. Yang masih berada di Sekolah tinggal Qaleed.
“Qaleed mau pulang bareng Bu Amik atau sama Pak Kambali? Kalau bareng Pak Kambali, salat dulu,” tanya Pak Kambali.
Qaleed hanya diam.
“Kalau bareng Bu Amik, juga salat dulu,” sambung Bu Amik.
Qaleed pun kembali tersenyum.
“Yuk, makan dulu !” ajak Bu Amik.
“Aku nggak mau makan. Makannya di rumah saja, ” kata Qaleed.
“Lhooo, makannya di sini saja. Bareng-bareng dengan bapak ibu guru,” kata Bu Amik.
“Enggak, ah.”
“Ayo, lah. Biar nggak lapar. Nanti sampai rumah, tinggal tidur.”
Akhirnya mau, meski bersisa. Sisanya dibawa pulang.
Rintik hujan masih terdengar. Kegiatan malam itu dilanjutkan salat Isya dan Tarawih. Qaleed mengikutinya dengan khusyuk bersama bapak ibu guru.
Karena masih hujan, diputuskan Qaleed pulang diantar Pak Kambali. Bu Amik dan Bu Wiwik ikut juga di dalam mobil Pak Kambali. Tidak lama mobil pun sampai di depan rumah Qaleed. Qaleed dan Bu Amik turun.
“Terima kasih, Pak Kambali,” ucap Qaleed.
“Sama-sama,” jawab Pak Kambali
“Bu Amik mau diantar ke rumah sekalian?” tanya Pak Kambali.
“Mboten, Pak Kambali. Saya langsung ke masjid. Matur nuwun. Mangga, Bu Wiwik. Assalamu’alaikum.”
Meski pulang terakhir, Qaleed tidak sedih dan tetap ceria.
Beberapa menit kemudian, ada pesan masuk melalui WhatsApp.
“Assalamu’alaikum Bu Guru. Matur nuwun sanget, sampun ngeteraken Qaleed,”
“Wa’alaikumussalam. Inggih sami-sami, Mama Qaleed,” tulis Bu Amik, membalas pesan WA mama Qaleed.
“Matur nuwun, sudah mendampingi dan membuat Qaleed bahagia.”
“Alhamdulillah….”
Alhamdulillah