Tembang religi terdengar di Mal Ciputra. Tepatnya pukul 14.40 WIB. Hari Sabtu, 16 Maret 2024. Tentunya, hari itu dinanti oleh anak-anak. Sekolah bekerja sama dengan Mal Ciputra dalam kegiatan Gebyar Ramadan. Tidak seluruh siswa mengikuti kegiatan tersebut. Banyak penampilan yang telah disiapkan oleh anak-anak. Ada tampilan berkelompok, ada pula tampilan individu. Mengaji, rebana, menyanyi, hingga menari khas budaya Indonesia ditampilkan. Awalnya keramaian itu berasal dari pengunjung mal yang lalu-lalang, sekadar melihat stan-stan yang tersaji di mal tersebut. Namun, makin sore tampak keramaian itu berasal dari pengunjung mal yang memang berniat menyaksikan penampilan siswa SDIH 02.
Mayoritas pemirsa adalah orang tua dan wali siswa SDIH 02 beserta keluarga dan kerabatnya. Pak Adhit dan Bu Layla memandu serangkaian acara dengan santai dan menyesuaikan tema kegiatan. Satu per satu acara terlaksana. Dari pembukaan hingga acara pemungkas. Meski dalam rundown tercatat acara selesai pada pukul 17.55, Bu Layla mengemas agar selesai sebelum waktunya. Dengan pertimbangan, berdekatan dengan waktu berbuka puasa dan salat Magrib.
Alhamdulillah, … pukul 17.45 acara telah selesai. Artinya, masih ada kesempatan bagi peserta maupun pengunjung untuk persiapan berbuka puasa dan salat Magrib. Bu Layla dan seluruh panitia, dalam hal ini Bapak/Ibu Guru dan Karyawan SDIH 02 masih di tempat acara. Pun sebagian siswa beserta keluarganya. Tepat pukul 17.51 WIB azan Magrib berkumandang. Spontan suasana mal lengang tanpa musik dan masing-masing pengunjung mal menyiapkan diri untuk berbuka puasa. Bu Layla membatalkan puasanya dengan meminum segelas air putih dan memakan puding sambil duduk di pinggir panggung.
Bu Layla dan Bu Wiwik berdampingan dengan Daffa dan mamanya. Nadia lengkap beserta kedua orang tuanya, kedua adiknya, bude, dan seluruh keluarga besar, termasuk neneknya. Di kejauhan tampak kakak sepupu Nadia, Dika namanya. Dia sedang menikmati jajanan takjilnya. Namun, Dika menikmatinya sambil berdiri. Tak lama kemudian, Dika mendekat ke sisi panggung, di situ pula ada kakaknya Dika dan Nadia yang sama-sama menyantap takjil. Tidak beda dengan Dika, kakaknya juga makan sambil berdiri. Dari gesturnya, Nadia sepertinya meminta makanan milik kakaknya Dika.
“Nah, apa yang terjadi pada Nadia: berdiri atau duduk?” batin Bu Layla. Sontak Bu Layla lega. Yap, spontan Nadia jongkok, tanda dia paham bahwa seharusnya dia duduk.
“Alhamdulillah, …,” batin Bu Layla.
Syukur Bu Layla bertambah ketika pemandangan itu berlanjut pada ketiganya bersama-sama jongkok ketika menikmati makanannya. Artinya, Nadia mampu memberi keharuman kepada orang di sekitarnya. Tampaknya Nadia sudah benar-benar menghayati hasil pembiasaan adab makan dan minum. Eloknya lagi, adab islami yang juga njawani itu mampu menjadi magnet bagi kedua sepupunya. Dika dan kakaknya akhirnya berhasil mengoreksi posisi tubuhnya ketika makan. Semoga istikamah, ya, Nak!
alhamdulillah mba nadia dapat memberikan contoh yg baik untuk saudara-saudaranya
Alhamdulillah, semoga Nadia selalu istikamah dan menjadi contoh baik untuk lingkungan sekitar.
Alhamdulillah, Nadia mampu bertaham. Dalam suasana Mal Ciputra sekalipun.