Munaqasyah merupakan istilah yang digunakan oleh Ummi Foundation untuk menyebut ujian akhir bagi siswa yang telah menuntaskan pembelajaran Al-Qur’an, baik di bidang tartil maupun tahfiz. Syarat ketuntasannya ialah siswa lulus ujian di level pra-munaqasyah. Begitu pula syarat keikutsertaan pra-munaqasyah. Siswa lulus ujian di level Koordinator BAQ (Belajar Al-Qur’an) unit terkait. Tahapannya sama, baik kategori tartil maupun tahfiz. Perbedaan keduanya ada di teknik pengetesannya. Untuk kategori tartil meliputi materi ghorib, tajwid serta fashohah dalam implementasi keduanya melalui bacaan Al-Qur’an. Berbeda dengan tahfiz. Kategori ini teknik pengetesannya berupa tasmi’, yaitu penyimakan secara utuh hafalan Al-Qur’an oleh Koordinator BAQ unit terkait baik hafalan juz 30 ataupun juz lain dalam Al-Qur’an.

Di tahun kedua bersekolah di SD Islam Hidayatullah 02, Nadia berencana mengikuti munaqasyah kategori tahfiz juz 30. Dan dia satu-satunya siswa di kelasnya yang akan mengikuti munaqasyah di tahun ini. Tidak hanya Nadia, semua siswa berkesempatan mengikuti program tersebut. Namun, Nadia lebih dulu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an juz 30-nya. Nadia menyetorkan PR hafalan secara mandiri kepada Bu Layla. Tiap pekan ada 2 hingga 3 kali pertemuan. Proses itu telah ditempuh Nadia sejak kelas 1.

Tepat di hari Rabu, 15 November 2023 pukul 08.15. Bertepatan pula di jam BAQ kelas 2. Nadia dijadwalkan tasmi’ di ruang guru. Bu Layla mengizinkan Nadia membawa botol minum dan diminta izin jika akan minum.

Yups, hari itu Nadia menyetorkan secara penuh hafalannya. Dari surah An-Naba’ hingga Al-Fatihah. Tampak tenang, lancar, suara lantang, dan cukup jelas makhraj huruf yang keluar dari bibir mungilnya. Meski sesekali ada ayat yang lupa, namun Nadia cukup mampu mengendalikan ingatannya.

“Ustazah, saya minum dulu, ya,” sesekali Nadia meminta izin untuk minum dan melanjutkan kembali hafalannya.

“Silakan, Nadia,” jawab Bu Layla.

Bu Layla membatasi Nadia untuk minum di sela-sela setorannya maksimal 2 kali. Batasan tersebut bertujuan agar Nadia tetap fokus. Setoran masih berlanjut. Tepat di surah Al-Ghosyiyah, ada seorang siswa yang tiba-tiba masuk ke ruang guru.

“Assalaamualaikum,” ucap siswa itu.

“Waalaikumussalaam,” jawab Bu Layla lirih sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir, pertanda sebaiknya tidak bersuara.

Ternyata Sultan, siswa yang mengucapkan salam dan masuk ke ruang guru. Sultan sangat penasaran atas apa yang dilakukan Nadia saat itu. Nadia tidak menampakkan perasaan terganggunya atas kedatangan Sultan. Namun, Bu Layla tetap mengimbau Sultan untuk meninggalkan ruang guru terlebih dahulu. Selain khawatir fokus Nadia menjadi buyar, toh waktu itu KBM BAQ kelas 2 sedang berlangsung. Jadi, alangkah baiknya jika Sultan bersegera kembali ke kelas agar tetap mengikuti KBM BAQ.

Jam di dinding menunjukkan pukul 09.05. Nadia mengakhiri hafalannya di surah Al-Fatihah dan membaca tasdiq.

“Alhamdulillah …,” ucap Nadia dengan ekspresi lega. Disusul Bu Layla dengan mengucapkan hamdalah pula.

“Barakallah, Nadia. Selamat, kamu lulus tasmi’ juz 30,” ucap Bu Layla dengan menambahkan, bahwa Nadia kali ini lulus tasmi’, tetapi belumlah usai. Iya, belum usai. Baik secara proses tahapan maupun esensinya. Nadia diminta kembali ke kelas untuk tetap mengikuti KBM BAQ meski tersisa 5–10 menit dan Nadia mengikuti arahan Bu Layla.

Secara proses tahapan, Nadia masih harus menempuh ujian pra-munaqasyah, yang terjadwal hari Rabu, 22 November 2023, lalu munaqasyah di bulan Februari 2024. Perjuangan Nadia belum usai.

Secara esensi, inilah awal Nadia untuk terus istikamah mengaji dan tidak berhenti di titik saat ini. Sehingga terus menumbuhkan rasa cintanya terhadap Al-Qur’an. Cintanya tidak memandang waktu dan tempat. Cinta buta terhadap Al-Qur’an dan mampu menghantarkannya pada cintanya kepada Sang Khalik. Wallahu A’lam bissawab.

Bagikan:
One thought on “Ketuntasan yang Belum Usai”

Comments are closed.

Scan the code