Salat Zuhur berjemaah telah dilaksanakan. Semua siswa menuju kelas untuk makan siang. Dipilih yang paling tertib terlebih dahulu.

Terlihat anak-anak kelas 2 sudah masuk kelas. Kecuali Qaleed, Naufal, dan Daffa. Makan siang sudah siap di meja masing-masing. Tiba-tiba, Rayya menghampiri Ustaz Aruf, “Ustaz, saya izin ke belakang, ya. Sudah kebelet, Ustaz.”

“Ya, Ustaz izinkan,” jawab Ustaz Aruf.

Kapten kelas maju ke depan kelas. Memimpin doa makan siang. Doa telah dilantunkan. Anak-anak segera menyantap makan siangnya. Qaleed, Naufal, dan Daffa datang. Sebelum menuju tempat duduknya, Ustaz Aruf memanggil mereka untuk berdoa dahulu. Qaleed, Naufal, dan Daffa pun berdoa dengan didampingi Ustaz Aruf.

Tidak berselang lama, Rayya pun datang. Menghampiri Ustaz Aruf.

“Ustaz, saya belum berdoa,” ucap Rayya.

“Oh, iya, sebelah sini, Rayya, berdoa bersama Ustaz,” jawab Ustaz Aruf.

Rayya pun menganggukkan kepala. Kemudian berdoa bersama Ustaz Aruf.

***

Pukul 09.30. Terdengar suara bel. Menandakan waktu istirahat ke-1 telah usai. Anal-anak masuk ke kelas. Dilanjut pembiasaan salat Duha. Anak-anak bersiap untuk berwudu. Berbaris sesuai dengan kelompoknya, kemudian menuju tempat wudu. Kali ini Ustaz Aruf dan Bu Amik yang bertugas mengawasi praktik berwudu anak-anak. Ustazah Layla di kelas mengondisikan anak-anak yang sudah selesai berwudu untuk persiapan salat Duha. Sedangkan Bu Shoffa sedang belajar pengelolaan kelas di kelas 1.

Anak-anak menuju keran tempat berwudu dengan bergantian sesuai kelompoknya. Kelompok Rayya sudah selesai. Lanjut kelompok lainnya. Rayya terlihat kebingungan. Kemudian menghampiri Ustaz Aruf yang sedang mengontrol wudu anak-anak.

“Ustaz, saya mau berdoa habis wudu,” pinta Rayya.

“Oh, iya, sebentar, ya,” jawab Ustaz Aruf.

Ustaz Aruf melihat Kennard sudah selesai berwudu.

“Rayya, berdoa bersama Mas Kennard, ya,” jelas Ustaz Aruf.

“Mas Kennard, Mas Rayya didampingi berdoa setelah wudu, ya,” pinta Ustaz Aruf kepada Kennard.

“Baik, Ustaz,” jawab Kennard.

Rayya dan Kennard pun berdoa setelah wudu bersama-sama. Kemudian menuju kelas dengan teman yang lainnya.

Rayya belum begitu lancar dalam berdoa sebelum makan dan sesudah wudu. Sehingga Rayya membutuhkan pendampingan saat itu. Yang membuat hal luar biasa, Rayya mempunyai kemauan, kesungguhan, dan kesadaran diri untuk menjadi bisa. Masyaallah. Tanpa disuruh. Rayya sadar diri meminta kepada Bapak dan Ibu Guru untuk mendampingi Rayya supaya menjadi bisa. Semoga dengan kemauan, kesungguhan, dan kesadaran diri Rayya, Allah memudahkan Rayya dalam belajar.

Bagikan:
One thought on “Kemauan, Kesungguhan, dan Sadar Diri”
  1. masyaallah di usia yg masih kanak-kanak rayya bahkan sadar bahwa dirinya belum bisa dan hebatnya rayya memiliki kemauan untuk bisa, semangat terus rayya! bapak ibu guru yakin kamu pasti bisa

Comments are closed.

Scan the code