Ada 15 anak laki-laki di kelas 1 SD Islam Hidayatullah 02. Panitia SMAHAFEST membutuhkan 20 anak laki-laki. Sebagai player escort—pendamping pemain futsal menjelang pertandingan dimulai/saat pembukaan pertandingan. Akhirnya Bu Etik, Kepala SMA Islam Hidayatullah, meminta bantuan Bu Peni, kepala SD Islam Hidayatullah, untuk mengirimkan 5 anak laki-laki kelas 1. Lengkap sudah. Terpenuhi 20 anak: 15 anak SD Islam Hidayatullah 02 dan 5 anak SD Islam Hidayatullah. Semuanya laki-laki.
Gladi resik dilakukan pada Kamis, 23 Februari 2023. Sedangakan pelaksanaannya pada saat acara pembukaan pertandingan futsal, Jumat, 24 Februari 2023.
Acara pembukaan dijadwalkan pukul 07.00—07.30. Panitia merencanakan pertandingan sudah bisa dimulai pukul 07.30. Mempertimbangkan hal tersebut, anak-anak pada Jumat itu diminta untuk berangkat sekolah langsung njujug di SMA Islam Hidayatullah. Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan. Anak perempuan akan melihat sekaligus menyemangati anak laki-laki. Titik kumpul anak telah ditentukan, yaitu di lobi SMA.
Pukul 07.21 Bu Wiwik kirim chat.
“Tinggal Sultan yang belum.”
“Hah!” saya kaget.
Ternyata apa yang saya khawatirkan terjadi juga. Saat Bu Etik menyampaikan, sebenarnya saya sudah terpikir tentang cadangan. Bila ada anak yang terlambat atau tidak hadir, cadangan akan menjadi solusinya. Namun, jika semua hadir dan tanpa halangan untuk bertugas, cadangan tidak tampil. Berubah jadi penonton. Seketika saya membayangkan anak yang berperan sebagai cadangan. Betapa kasihan karena tidak jadi tampil. Akhirnya saya pun mantap dan yakin: tak perlu cadangan. Saya percaya, mereka yang ditunjuk antusias untuk tampil dan pasti akan berusaha untuk tidak kehilangan momen langka ini.
Kenyataannya, pukul 07.21 Sultan belum hadir. Mungkin karena macet. Maklum, Jumat pagi itu suasana hujan rintik-rintik. Peluang terjadi kemacetan sangat tinggi. Padahal sudah telanjur tidak menyiapkan cadangan. Saya hanya bisa berdoa, semoga acaranya berjalan lancar.
Beberapa menit selanjutnya, Bu Wiwik kirim chat kembali.
“Sultan izin sakit, alhamdulillah digantikan Aza.”
Saya ikut bersyukur. Walaupun ada yang berhalangan, alhamdulillah sudah ada solusi. Memang tampak tidak ideal, tetapi yang terpenting acara tetap berjalan.
Pukul 08.50 suasana halaman SD Islam Hidayatullah 02 sudah ramai. Rupanya, anak-anak sudah kembali. Saya bergegas menemui Bu Wiwik.
“Gimana tadi, Bu? Ada yang perempuan ga masalah?”
“Semula saya tawarkan mengambil anak laki-laki dari SD 01. Setelah didsikusikan, Bu Etik memilih menggunakan anak perempuan, yang memang sudah berada di lokasi SMA,”
“Alhamdulillah.”
“Sebetulnya yang pertama saya tawari, Cemara. Namun, Cemara ga mau. Lalu saya tawarkan kepada Nadia. Nadia juga ga mau. Lalu Aza. Tadinya juga ga mau, tapi akhirnya mau. Lha, saat hendak maju, ternyata Aza ga mau. Akhirnya, tadi yang menggantikan Sultan, Nadia.”
“Nadia, mau?”
“Akhirnya mau, Pak.”
“Grogi, Bu?”
“Kalau Nadia, anaknya PD, Pak.”
“Alhamdulillah.”
Terima kasih, Nadia. Sungguh, hari itu saya menganggap nama baik Sekolah telah diselamatkan oleh Nadia. Semoga sikap baiknya senantiasa memberi kemanfaatan untuk orang-orang di sekitarnya. Secara istikamah. Amin. (A1)