Langit cerah menumbuhkan semangat saya pagi itu. Ramai canda anak-anak di sudut-sudut Sekolah, suara mesin kendaraan, dan lirih suara bel central juga mewarnai hiruk suasana lingkungan Hidayatullah. Saya awali hari itu dengan basmalah.

Bola kecil dimainkan oleh beberapa anak. Lobi menjadi saksi bisu keceriaan mereka. Pintu sebagai gawangnya. Padahal lapangan futsal telah tersedia. Namun, mereka memilih bermain di tempat yang mereka anggap nyaman. Mungkin mereka juga tahu, lapangan futsal sedang dimanfaatkan untuk parkir kendaraan.

Saya dan Ustaz Aruf berjalan melalui teras depan lobi. Menyaksikan langsung kegembiraan anak-anak pagi itu. Di tengah keramaian, beberapa anak bergerombol di pintu lobi. Saya tak hafal siapa saja. Yang saya hafal adalah Reva. Karena saya terkesan dengan sapaannya saat itu.

“Ustaz, mau belajar, ya?” tanya gadis kecil berseragam Pramuka itu.

“Loh, kok, Reva tahu?” respons saya.

“He-he, iya, tuh, … Ustaz sama Ustaz Aruf bawa buku,” jawabnya sambil melontarkan senyum manisnya.

“Oh, iya, … ini Ustaz sama Ustaz Aruf mau belajar, sama kayak Reva, belajar juga, kan?” ujar saya.

Sambil berjalan menuruni tangga, saya tersenyum dengan sikap Reva. Memang benar, saat itu saya hendak ke gedung LPI lantai 3. Untuk mengikuti program QLC (Qur’anic Learning Center): PTT (Penguatan Tahsin Tilawah). Diadakan selama empat hari. Dari Selasa—Jumat, 10—13 Juni 2025.

Mungkin Reva sudah tahu bahwa saya dan Ustaz Aruf yang sebagai guru pun juga masih harus belajar. Atau Reva sekadar menebak karena saya dan Ustaz Aruf berjalan sambil membawa buku. Tapi saya tak ambil pusing. Yang pasti, sapaan Reva saat itu memberikan kesan yang luar biasa untuk saya.

Saya jadi berpikir. Memang betul kata Reva. Saya dan Ustaz Aruf mau belajar. Seakan saya dan Ustaz Aruf masih dituntut untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan. Apalagi sebagai guru Al-Qur’an yang tahu bahwa ilmu Al-Qur’an itu tak ada batasnya. Harus terus dipelajari.

Tak hanya ilmu Al-Qur’an saja, sebagai guru saya juga harus mempelajari bagaimana cara mengajarkannya. Menghadapi pembelajaran Al-Qur’an bersama anak-anak usia SD merupakan suatu tantangan bagi saya. Tak hanya ilmunya saja yang terpenting. Justru cara mengajarkannyalah yang lebih penting.

Saya sangat berterima kasih kepada Reva. Yang telah menjadikan saya lebih kritis dan menjadi ingat untuk muhasabah. Akan pentingnya belajar di tengah-tengah profesi saya sebagai guru. Sekali lagi, terima kasih, Reva.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code