Bel pukul 08.15 berbunyi. BAQ kelas 1 telah usai. Giliran anak-anak kelas 3 mulai mempersiapkan diri untuk BAQ. Saya berjalan dengan sedikit buru-buru ke arah musala, tempat saya mengajar BAQ kelas 3. Sebab, saya mengakhiri BAQ kelas 1 dengan sedikit melebihi waktu yang semestinya. Yaitu sekitar pukul 08.18.

Saat saya berjalan menuju musala, terdengar anak-anak bersahut-sahutan melaporkan sesuatu.

“Ustaz …, Ustaz …, Qaleed nangis …, Qaleed nangis.”

Saking banyaknya yang melapor, saya tidak tahu persis siapa anaknya. Saya pun masuk ke musala dengan penasaran, sambil melihat korban yang dilaporkan.

“Oh, iya? Kenapa nangis?”

“Itu, dipukul botol sama Amira,” jawab beberapa anak.

“Ah, yang bener?” kejar saya.

Wajah anak-anak tampak ragu akan kebenaran redaksi laporan tadi. Ada yang senyum, ada yang saling pandang satu sama lain.

Enggak, Ustaz, yang bener Qaleed itu kena botolnya Amira, pas Amira lewat,” jelas Daffa.

“Oh, begitu?”

Saat itu saya ragu, akan memanggil Amira untuk konfirmasi atau melanjutkan BAQ dulu. Waktu BAQ yang sudah terpotong sedikit, sedangkan masalah Qaleed dan Amira harus diselesaikan. Saya coba mengalihkan perhatian anak-anak yang masih fokus pada Qaleed, yang masih menunduk menangis.

“Anak-Anak, suatu saat nanti saat kalian sudah besar, jika mengalami hal seperti Qaleed harus bisa kuat, ya. Jangan sedikit-sedikit menangis. Ustaz dulu waktu kecil juga sering sekali kena pisau, kelempar batu, dan jatuh. Tapi bisa Ustaz tahan,” sambil saya tunjukkan beberapa bekas luka di tangan dan kepala.

Sebetulnya saya harus menyelesaikan masalah Qaleed dan Amira, tetapi saya sadar waktu BAQ sangat terbatas. Dalam waktu 1 jam saya harus menyelesaikan langkah-langkah pembelajaran BAQ secara tuntas.

Sebenarnya, saya berniat mempertemukan mereka berdua untuk saling menjelaskan permasalahan yang sebenarnya. Karena saya tidak bisa menyalahkan Amira mentah-mentah dan memintanya untuk minta maaf ke Qaleed. Begitu pula dengan Qaleed, belum tentu ia benar-benar menjadi korban Amira.

Namun, dengan sedikit cerita saya tadi, alhamdulillah, saya lihat Qaleed sudah cukup tenang dan menangisnya sudah reda dengan sendirinya. Bahkan sudah mulai tersenyum dan tertawa kembali bersama teman-temannya. Maka, pembelajaran BAQ saat itu bisa saya lanjutkan.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code