Siang itu, beberapa anak masih bermain riang di Sekolah, menunggu jemputan. Bagi mereka, ini adalah bonus waktu bermain sebelum kembali ke rumah masing-masing. Kadang-kadang, justru penjemput yang harus sabar menanti karena yang dijemput masih asyik bermain.
Di antara mereka, ada Elqeil. Anak laki-laki dengan senyum manisnya yang khas dan matanya yang berbinar. Ketika sang bunda tiba, Elqeil bergegas ke kelas mengambil tasnya. Tapi, sebelum pulang, ada satu hal yang tak pernah ia lupakan: berpamitan kepada gurunya.
Elqeil berlari kecil ke arah saya, mengulurkan tangan mungilnya untuk bersalaman. Saya tersenyum dan menggenggam tangannya.
“Mas Elqeil besok mau puasa lagi?” tanya saya, ingin memastikan.
“Iya,” jawabnya manis.
“Besok kakak kelas jualan. Mas Elqeil, kalau besok mau libur dulu puasanya nggak pa-pa, Nak,” tawar saya.
Ia mengangguk pelan sambil tersenyum, tapi tidak mengatakan apa pun. Saya pikir, mungkin ia akan mempertimbangkannya.
Selama bulan Rajab, Elqeil sudah berpuasa beberapa kali. Sedangkan esok Rabu (22/01/2025) terjadwal litlepreneur kelas 3 berjualan di kantin. Saya hanya ingin ia menikmati keseruan jajan bersama teman-temannya, karena kegiatan ini tidak setiap hari ada.
Keesokan harinya, saya dikejutkan oleh kenyataan yang membuat hati saya bergetar. Saat istirahat, saya melihat anak-anak kelas 1, 2, dan 3 berkerumun di kantin, antusias memilih jajanan yang dijual oleh kelas 3. Namun, ada sosok kecil yang hanya melihat-lihat berkeliling tanpa sepotong makanan pun di tangannya.
“Mas Elqeil puasa?” selidik saya.
“Iya, Elqeil masih puasa,” sahutnya lembut namun mantap.
Saya tercekat. Hati saya penuh haru. Sungguh, saya merasa malu pada diri sendiri. Saya sebagai gurunya justru sempat meragukan keteguhan hati murid saya sendiri. Saya hanya membayangkan jika saya menjadi kecil lagi, saya ada di posisinya. Melihat teman-teman asyik menikmati jajanan di kantin, mungkin saya sudah tergoda sejak awal. Tapi tidak dengan Elqeil. Ia tetap teguh, tetap berpegang pada niatnya: berpuasa sunah Rajab dengan penuh kesungguhan.
Namun, kejutan tak berhenti di situ. Beberapa hari lalu, Abrisam, Ano, Azka, dan Agny mengikuti jejak Elqeil. Kami tak pernah menyuruh mereka berpuasa. Sekadar menyampaikan keistimewaan bulan Rajab, salah satunya ada puasa sunah Rajab. Tetapi, satu anak kecil telah memulai dan menularkan virus kebaikan dengan keteladanannya. Tanpa paksaan, tanpa iming-iming hadiah.
Masyaallah, hari itu saya belajar sesuatu yang sangat berharga. Bahwa keteguhan dan keikhlasan bisa datang dari siapa saja. Bahkan dari sosok kecil yang mungkin kita anggap belum cukup kuat. Tapi nyatanya, terbukti ia jauh lebih hebat daripada saya.