Pukul 08.53 ternyata masuk notifikasi pesan via WhatsApp dari Pak Kambali.
“Mangkeh siang, setelah makan siang, Bu Eva & Pak Kukuh ke playground lagi bersama anak-anak, nggih..”
Pukul 09.13 baru saya ketahui. Saya buka lalu saya balas pesan. Saya mengiyakan isi pesan Pak Kambali.
“Alhamdulillah, pasti anak-anak senang,” batin saya.
Saat bertemu Pak Kukuh, lekas saya konfirmasi. Pak Kukuh juga sudah mengetahui.
***
Mata pelajaran Akidah/Akhlak berlangsung pukul 10.45—11.45 bersama Bu Balqis. Namun, Amira, Alzam, dan Fatih bermain-main di kelas. Setelah diingatkan tiga kali, jika masih bermain, konsekuensinya saya minta mereka tuntaskan dulu mainnya di luar supaya teman-temannya yang lain bisa fokus. Ups, mereka justru kegirangan.
Tak lama, Alzam masuk ke kelas. Amira dan Fatih masih bermain di luar. Keduanya sedang duduk, ada Pak Kukuh juga. Saya hampiri mereka.
“Mas Fatih, Mbak Amira, nanti Bu Eva sama Pak Kukuh mau ke playground, lo. Amira sama Fatih mau ikut, nggak?”
“Ye … ye … ikut … ikut …,” sahut mereka dengan riang.
“Kalau mau ikut, syaratnya harus ikut pelajaran dulu, ya,” ucap saya.
Keduanya menerima tawaran saya. Kami pun menuju kelas. Mereka saya ajak belajar privat di karpet karena sudah tertinggal teman-temannya.
Pukul 11.30 Bu Balqis menyudahi pembelajarannya. Anak-anak lantas persiapan wudu.
“Mulut bayam!” instruksi saya.
“Diam!” jawab anak-anak.
“Teman-Teman, insyaallah setelah makan siang, kita mau ke playground.”
Sorak riang memenuhi ruangan.
“Sebentar, Bu Eva belum selesai bicara. Setelah persiapan wudu, Anak-Anak beres-beres tasnya. Lalu saat makan siang Anak-Anak fokus, ya,” lanjut saya.
“Oke, Bu,” sahut beberapa anak.
Mereka sangat antusias. Itu karena usia mereka memang masih usia bermain. Bisa jadi, belajarnya mereka dengan bermain. Toh hanya sepekan sekali.
Kami sepakat bahwa program ini banyak manfaatnya untuk anak-anak. Sekolah lain yang pernah dikunjungi oleh Pak Kambali dan Bu Wiwik sudah lebih dulu menerapkan kegiatan ini. Kami meyakini ini bukan hanya sekadar refreshing. Melainkan untuk melatih motorik dan fokus, meningkatkan kreativitas, mengelola sosial emosional, dan belajar memecahkan masalah. Mungkin juga masih ada manfaat lain yang belum kami sadari.
Contohnya, kami mendapat temuan pada salah seorang anak laki-laki kelas 1. Awalnya ananda tidak berani memanjat wahana jaring-jaring. Namun, setelah kali ke-3 berkunjung ke playground di TK islam Hidayatullah itu, anak tersebut berhasil memanjat jaring-jaring sampai ke atas. Masyaallah.
Alhamdulillah, sebagian dari wali murid juga menampakkan dukungannya. Baik melalui komentar grup kelas maupun via status WhatsApp.
Di sisi lain, tetap ada sedikit keresahan juga. Dua kali saya dan Pak Kukuh menemani anak-anak bermain di playground. Dua pekan lalu, Hana tersangkut roknya ketika berjalan menuju ke sana. Di hari yang sama, ketika Khalifa sedang bermain, kepalanya terantuk tembok. Kamis (22/08/2024), Radit terjatuh ketika berlari. Kakinya sedikit membiru. Tetapi setelah kejadian itu mereka masih bersemangat ingin bermain. Tampaknnya mereka sadar, itu risiko dalam bermain. Bukankah dari kejadian itu juga dapat dipetik pengalaman dan pelajaran? Tentu kami sebagai orang dewasa yang mendampingi juga mendapat pelajaran.
Setelah menimbang-nimbang, saat ini lebih banyak manfaat yang dirasakan. Insyaallah Kepala Sekolah dan bapak ibu guru sepakat program ini dirutinkan sesuai kondisi dan kebutuhan. Semoga Allah meridai.