“Bu, Mika nangis,” teriak Elora dari luar kelas sambil masuk ke kelas.
“Kenapa?” tanya Bu Amik.
“Nggak tahu.”
“Sekarang di mana Mika?”
“Di luar,” lanjut Elora sambil menunjuk ke luar.
Bu Amik keluar, di situ Mika berdiri dengan bersandar pada tembok. Di dekat Mika ada Ica, Alisha, Rara, dan Vira. Mereka berusaha menenangkan Mika.
“Mika kenapa?” tanya Bu Amik.
Mika tak menjawab. Mika masih menangis.
Atas inisiatif sendiri, Elora masuk ke kelas. Lalu ia keluar membawa botol minum milik Mika. Botol tidak diberikan Mika, tapi diserahkan kepada Icha. Maksudnya, Icha yang akan memberikan botol itu kepada Mika. Setelah botol di tangan Icha, Icha berkata, “Botol kosong. Isinya habis.”
Botol diserahkan kepada Elora kembali. Dan Elora dengan sigap segera masuk ke kelas. Tidak berapa lama, Elora kembali menemui Icha dan menyerahkan botol minum yang sudah berisi air. Elora telah mengisi botol yang kosong tadi.
Setelah menerima botol, Mika pun membukanya dan hendak minum. Melihat tanda-tanda Mika akan langsung minum, Bu Amik mengarahkan sambil menuntun Mika untuk duduk di bok. Agar minumnya dengan duduk.
Begitu reda tangisnya, Bu Amik mulai bertanya kepada Mika.
“Mika kenapa?”
“Tanganku ditarik.”
“Ditarik siapa?
“Kakak kelas.”
“Mika tahu? Siapa namanya?”
Mika menyebut sebuah nama.
“Sakit?”
“Enggak.”
“Kok nangis? Memang nariknya bagaimana?
“Bajuku hampir sobek.”
“Nariknya bagaimana?”
“Gini,” jawab Mika sambil memeragakan.
Bu amik berjanji untuk menanyai si pelaku.
Siang menjelang wudu, Bu Amik menemui dan menanyai kakak kelas yang disebut Mika. Namun, yang bersangkutan menyangkal. Katanya, bukan dia yang melakukannya.
Waduh! Bu Amik bingung.
I like this blog very much, Its a rattling nice position to
read and receive information.Raise range