Pelajaran BAQ telah usai. Saatnya mata pelajaran matematika. Sebelum memulai pelajaran, Bu Wiwik melakukan refleksi tentang hal-hal yang perlu dikuatkan kepada murid-muridnya.
“Teman-Teman, maaf, tapi, Bu Wiwik harus menyampaikan ini. Bu Wiwik agak kecewa dengan sikap kalian saat di musala,” jelas Bu Wiwik mengawali refleksi.
Murid-murid paham apa yang dimaksud gurunya.
“Iya, Bu. Maaf, kemarin saya ngobrol,” kata Gibran sembari mengangkat tangannya.
“Alhamdulillah, Mas Gibran menyadari kesalahannya. Namun, apakah hanya Mas Gibran yang merasa bersalah?”
Murid-murid terdiam. Dari raut wajahnya, mereka tampak merasa bersalah.
“Kemarin, Pak Kambali sampai menjeda ceritanya, lo, demi menunggu Anak-Anak tenang dulu. Menurut Bu Wiwik, berarti itu sudah keterlaluan. Ngobrol boleh, tapi ada waktunya sendiri. Tadi, Mbak Icha melapor ke Bu Wiwik, katanya anak putra yang tertib di musala hanya Mas Keenan. Anak-Anak masih ingat, bagaimana caranya supaya bisa tertib?”
“Menahan diri!” jawab murid-murid serempak.
“Alhamdulillah. Betul sekali! Ramadan lalu, kalian sudah hebat, lo. Kalian sudah berhasil menahan diri dari lapar dan haus selama 30 hari. Ayo, Anak-Anak pasti bisa melanjutkan kebaikan itu. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Kalau lebih jelek berarti?”
“Rugi!” seru murid-murid.
“Bu Guru berdoa semoga Allah mudahkan kalian untuk menjadi anak-anak yang beruntung.”
Refleksi diakhiri dengan komitmen untuk melupakan keburukan dan melakukan kebaikan.
“Nah, sekarang, Bu Wiwik akan mengajak Anak-Anak bermain. Setiap kelompok bertugas untuk menentukan sebuah bilangan antara 1—31. Yang boleh tahu angka itu hanya anggota kelompoknya saja. Nanti Bu Wiwik akan menebak angka yang kalian maksud. Silakan berdiskusi. Bu Wiwik kasih waktu 1 menit.”
“Kelompok Sakura, apakah angkanya ada di warna kotak merah?” tanya Bu Wiwik.
“Tidak,” jawab anggota kelompok Sakura.
“Kuning?”
“Ada.”
“Hijau?”
“Tidak.”
“Biru?”
“Ada.”
“Ungu?”
“Ada.”
“Hmm, apakah angkanya 26?”
“Kok, Bu Wiwik bisa tahu?”
Tidak hanya Sakura, kelompok lain pun heran.
Kelompok Matahari dan Kamboja telah mendapatkan giliran. Angka mereka pun bisa ditebak Bu Wiwik dengan tepat.
“Teman-Teman tahu, bagaimana caranya Bu Wiwik bisa menebak dengan cepat dan tepat?” gali Bu Wiwik.
“Dengan cara melihat satu per satu angka yang ada di warna-warnanya, Bu,” jawab Gibran.
“Kalau caranya seperti itu, menebaknya jadi lama, dong, Mas Gibran. Tadi Bu Wiwik tidak memakai cara itu. Ada cara yang lebih cepat.”
Gibran tersenyum, “Oh, iya, ya.”
“Ayo, masih ada kesempatan. Anak-Anak coba fokus dan berpikir. Perhatikan jawaban teman-teman kalian sambil meneliti kotak warna-warni itu.”
Bu Wiwik menayangkan 5 tabel. Tiap tabel terdiri atas empat kolom dan empat baris. Tiap petak berisi sebuah bilangan. Sehingga dalam satu tabel terdapat 16 bilangan. Lima tabel tersebut memiliki warna yang berbeda: merah, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Baca juga: Tanpa Penjelasan
Tiba giliran kelompok Mawar. Bu Wiwik menanya satu per satu apakah angka yang dimaksud ada di tabel tiap warna. Bilangan yang mereka maksud ada di tabel kuning dan hijau.
“Wah, mudah sekali ini. Enam!” jawab Bu Wiwik mantap.
Murid-murid tampak heran. Pertanyaan yang sama kembali terlontar.
“Kok, (Bu Wiwik) bisa, sih!”
“Ayo, siapa yang sudah tahu caranya?” pancing Bu Wiwik.
Semua kelompok telah ditebak angkanya oleh Bu Wiwik. Namun, belum ada yang menemukan cara menebak yang dimaksud.
“Tadi, angka kelompok Mawar adalah 6. Tabelnya warna kuning dan hijau. Kalau kelompok Matahari: 26, dengan tabel warna kuning, biru, dan ungu. Coba kalian lebih jeli lagi.”
“Baik, sekarang Bu Wiwik coba menebak tanggal lahir kalian. Siapa yang mau ditebak tanggal lahirnya?”
Fathir angkat tangan. Tanggal lahirnya berada di tabel merah, hijau, dan biru.
“Apakah tanggal lahir Mas Fathir 13?”
“Iya, Bu, betul. Kok, Bu Wiwik bisa tahu, sih!” seru Fathir heran.
Bu Wiwik membalas dengan seulas senyum.
“Ada yang sudah tahu caranya?”
Senyap.
“Oke, Bu Wiwik kasih satu petunjuk lagi. Clue-nya adalah penjumlahan.”
Rara mengangkat tangan. Ia ingin ditebak tanggal lahirnya. Tanggal lahirnya berada di tabel merah, kuning, dan biru. Bu Wiwik berhasil menerka angka yang dimaksud, yakni 19.
Elora mengangkat tangan, “Saya tahu, Bu!” responsnya ragu.
“Alhamdulillah. Kita coba, ya, Mbak Elora. Bu Wiwik sudah punya sebuah angka. Angka tersebut berada di tabel merah dan hijau.
“Lima?” jawab Elora masih ragu.
“Masyaallah, betul, Nak! Coba lagi, ya?”
Elora tampak semringah.
“Angka ini berada di tabel kuning, hijau, dan biru.”
Elora berpikir sejenak.
“14,” jawab Elora dengan lebih yakin.
“Ya, benar! Teman-Teman, Mbak Elora sudah tahu caranya. Mbak Elora, teman-teman jangan diberi tahu, ya.”
Elora merespons dengan anggukan kepala dan senyum.
***
Ketika hendak memberikan materi ini, Bu Wiwik sempat ragu. Keraguan itu kian membuncah tatkala murid-muridnya belum menemukan cara yang dimaksud setelah lebih dari enam kali percobaan. Bersyukur, Bu Wiwik berhasil menepis keraguannya. Meski terpaksa menambahkan sebuah petunjuk, Bu Wiwik cukup bangga dengan raihan murid-muridnya.
Kian bersyukur, saat istirahat, anak-anak masih penasaran dan melanjutkan permainan itu. Elora-lah yang menjadi gurunya. Dan hingga kini, Elora masih menyimpan trik rahasia itu. (A2)
[…] mengirim tulisan, saya buka tulisan berjudul “Trik Rahasia” itu. Saya baca perlahan. Baru dapat setengah halaman pertama, saya terhenti. Ini kalimat yang […]