1 Syawal 1445 H bertepatan dengan 10 April 2024. Itulah hari Idulfitri. Setelah berpuasa selama satu bulan. Ada kebiasaan baik pada momen Idulfitiri yang mengesankan saya: silaturahmi. Bisa dipastikan waktu satu hari tidak cukup untuk bersilaturahmi. Butuh waktu berhari-hari. 

Baca juga: Silaturahmi

Baca juga: Semoga

Kamis (12/04/2024) siang saya silaturahmi ke saudara di kampung Matalan. Kampung ini berada di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Rumahnya berdekatan dengan laut. Berjarak sekitar 100 meter. 

Anak saya, Shulha (7 tahun) juga ikut. Dan baru beberapa saat, usai bersalaman dengan tuan rumah, Shulha merengek, minta diantar ke laut. 

“Bapak, ayo ning laut!”

“Shulha ajeng lah napa?”

Halah, ayo!” 

Sebenarnya saya hendak menolak Shulha. Namun, situasi di rumah saudara kebetulan sedang banyak tamu. Lebih dari sepuluh tamu. Saya juga tahu, Shulha sedang gerah. Suasananya di dalam rumah memang panas. Ada kipas angin, tetapi belum mampu mengimbangi suasana panas. Tanpa pikir panjang, saya ikuti kemauan anak saya itu.

Tak berselang lama, saya dan Shulha tiba di pinggir laut. Panas. Namun, ada angin dan dekat dengan pepohonan. Sepi. Tak ada orang lain di situ. Shulha langsung bermain. Ia asyik mengumpulkan cangkang kerang. Saya menunggui di sebelahnya.

“Shul, mpun, yuk!”

Sik.”

Damel napa?”

“Mainan.”

“Pindah sebelah sana saja, ya?”

Pundi?”

“Sana.”

Shulha berdiri. Cangkang kerang yang dikumpulkannya ia tinggal begitu saja. Ia berjalan mengikuti saya. Saya hanya ingin pindah suasana. Sembari berjalan saya bercerita kepada Shulha tentang laut. Saya hubungkan dengan kisah Nabi Musa dikejar Firaun. Nabi Musa membelah laut dan Firaun akhirnya tenggelam di laut. 

“Lho, Bapak kok ngerti, dari mana?” selidik Shulha.

“Itu kan cerita yang ada di Qur’an. Lha, Bapak kan baca Qur’an. Jadi, Bapak bisa tahu cerita itu. Qur’an itu sebagian isinya tentang cerita.”

“Kalau Al-Mulk?”

“Nah, Al-Mulk juga memuat cerita. Salah satunya tentang kisah penghuni neraka yang ditanyai malaikat penjaga neraka.”

“Kalau pemuda Aṣḥābu al-Kahfi di surat apa?”

“Lha itu Shulha tahu ada cerita tentang Aṣḥābu al-Kahfi. Itu di surat Al-Kahfi. Jadi, kalau kita rajin membaca, kita jadi tahu banyak hal. Nah, Shulha sebaiknya juga begitu, rajin membaca.”

Saat Shulha menanyakan dari mana saya mendapat cerita tentang kisah Nabi Musa, sebetulnya saya sangat terkejut. Hampir tidak saya jawab. Namun, tiba-tiba muncul ide. Dan itu adalah momen yang tepat: menyadarkan manfaat membaca. Maka, kesempatan itu akhirnya saya gunakan untuk menggiring pemahaman tentang manfaat membaca. Sekaligus juga saya sisipkan, bahwa isi Al-Qur’an itu menyenangkan, banyak cerita di dalamnya. Ya, pada umumnya anak-anak sangat suka dengan cerita.

Alhamdulillah, walau di pinggir laut masih ada kesempatan belajar.

Hari itu memang masih libur sekolah, tetapi belajar tak boleh ikut libur. Saya jadi ingat pernyataan K.H. Ahmad Mustofa Bisri, “Boleh berhenti sekolah, tapi jangan berhenti belajar”.

Bagikan:
One thought on “Momentum”
  1. Masyaallah, terima kasih Pak Kambali. Semoga menjadi ilmu manfaat untuk kita semua.

Comments are closed.

Scan the code