Hafidz (kiri), Itaf (kanan), dan Ridho (baris kedua) tengah melaksanakan bimbingan salat Duha di kelas

“Anak-Anak, sekarang bulan apa?” tanya Pak Kambali mengawali cerita.

“Februari!” seru sebagian besar murid.

“Betul. Februari itu nama bulan dalam kalender Masehi. Kalau bulan dalam kalender Hijriah, Anak-Anak tahu sekarang bulan apa?” lanjut Pak Kambali.

Tampak para murid saling pandang. Mereka kebingungan. Pak Kambali lantas menjelaskan perbedaan kedua jenis kalender tersebut. Azalea berhasil menyebutkan beberapa nama bulan di tahun Hijriah.

“Sekarang ini kita memasuki bulan Rajab. Dulu ada seorang anak yang berpuasa selama sebulan penuh di bulan Rajab. Sampai-sampai anak itu dikudang oleh embahnya,” Pak Kambali meneruskan ceritanya.

Dikudang itu apa, Pak Kambali?” tanya seorang murid.

“Gudang itu tempat menyimpan barang-barang bekas!” seru Sultan.

Pak Kambali tersenyum, “Dikudang, Mas Sultan. Bukan di gudang.”

Teman-teman Sultan terwawa. Sultan pun tersipu.

Dikudang itu kata dalam bahasa Jawa. Artinya kurang lebih: dipuji.”

Pak Kambali melanjutkan ceritanya. Para murid terlihat antusias. Tampak dari binar wajah mereka.

***

“Bu Wiwik, hari ini aku puasa,” Itaf memberi tahu.

“Masyaallah. Tadi pagi sudah sahur?” tanya Bu Wiwik.

“Sudah. Tapi sekarang aku sudah lapar.”

“Mas Itaf, orang puasa itu ya lapar. Itaf coba dulu. Insyaallah nanti kalau tidak kuat, Bu Wiwik WA Mama. Kalau Mama mengizinkan, Itaf boleh berbuka. Deal?”

Itaf sepakat. Ia kembali bermain. Mendekati waktu zuhur, Itaf kembali mendekati gurunya dengan wajah memelas.

“Bu, aku lapar.”

“Mas Itaf, ini sudah jam 12. Itaf sudah menahan lapar dari jam empat pagi sampai sekarang sudah delapan jam, lo! Apa nggak sayang kalau Itaf buka sekarang? Nanti sehabis salat Zuhur, Mas Itaf boleh istirahat di ruangan Pak Kambali atau di UKS.”

Itaf menurut. Ia pun melanjutkan kegiatannya. Sekira pukul 14.00, Itaf kembali merajuk.

“Nak, tinggal empat jam lagi. Sayang, lo, perjuangan Itaf tinggal sebentar lagi. Itaf pasti bisa.”

Keesokan paginya Itaf menyampaikan kemenangannya. Bu Wiwik memberikan apresiasi.

***

“Maaf, Bu Wiwik, hari ini Ridho mau puasa katanya. Padahal tadi pagi  tidak ikut sahur, tapi tetep kekeh. Mau dibawakan kudapan tidak mau, air minum juga tidak mau. Minta tolong barangkali nanti haus atau lapar boleh dibatalin saja puasanya. 🙏🏻”

Sebuah pesan masuk di aplikasi Whatsapp, dari bunda Ridho.

Sejenak, Bu Wiwik tertegun. Ia lalu membalas pesan tersebut. Sebelumnya, sang anak telah menyampaikan bahwa hari ini ia puasa. Mengetahui informasi dari ibunda Ridho barusan, Bu Wiwik mendekati Ridho.

“Mas Ridho tadi pagi tidak sahur, ya?”

“Iya, Bu. Tapi aku kuat kok.”

“Tadi Mama bilang ke Bu Wiwik kalau Mas Ridho boleh buka kalau tidak kuat.”

“Aku kuat kok, Bu.”

“Alhamdulillah.”

Menjelang zuhur, Bu Wiwik kembali menawarkan kepada Ridho untuk makan siang.

“Nggak, Bu. Aku masih kuat.”

Masyaallah! Luar biasa. Meski terlihat lesu, Ridho tetap bersabar melawan rasa laparnya, setidaknya hingga waktu pulang sekolah.

Keesokan harinya, Bu Wiwik menanyakan perkembangan puasa Ridho kepada sang ibunda. Beliau menyampaikan bahwa Ridho berhasil menyelesaikan puasanya hingga magrib. Bahkan, ini kali pertama ia berpuasa penuh, biasanya hanya setengah hari. Rupanya, Ridho mengikuti jejak orang tua dan kakaknya yang juga berpuasa di hari itu.

Hari Jumat sebelum zuhur digunakan untuk latihan menulis di buku bergaris tiga. Bu Wiwik menuliskan beberapa kalimat di papan tulis: (1) Hari Rabu Itaf berpuasa. (2) Kemarin Ridho juga berpuasa.

“Hafidz sekarang juga puasa, Bu!” seru beberapa murid.

“O, ya? Alhamdulillah. Semoga puasanya lancar sampai nanti magrib, ya, Mas Hafidz.”

Hafidz tersenyum dan membalas dengan anggukan disertai ucapan amin.

Bu Wiwik melanjutkan menulis kalimat berikutnya: (3) Hari ini Hafidz pun berpuasa. Bulir air meluncur dari sudut matanya saat menuliskan kalimat ketiga. Segera ia hapus dengan lengan bajunya. Kemudian, ia berbalik.

“Nomor tiga. Silakan dibaca bersama-sama!”

Para siswa mengikuti perintah Bu Wiwik kemudian menyalinnya di buku masing-masing. (4) Semua siswa pernah berpuasa. Kalimat pamungkas mengakhiri kegiatan menulis hari ini.

Hafidz (kiri), Itaf (kanan), dan Ridho (baris kedua) tengah melaksanakan bimbingan salat Duha di kelas
Bagikan:
One thought on “Berkah Rajab”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *