Tidak terasa hitungan hari, KBM semester gasal akan berakhir. Tidak luput dari perhatian Bapak Ibu Guru, perkembangan siswa menjadi parameter. Baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Yah, setidaknya ada perubahan positif bagi siswa. Baik siswa kelas 1 maupun kelas 2. Seperti orang pada umumnya yang menggunakan suatu produk atau sedang melakukan tahapan suatu pekerjaan. Ada before, process, dan after-nya. Kondisi tiap siswa sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga kondisi saat ini menjadi sasaran “empuk” Bapak Ibu Guru. Baik kelas 1 maupun kelas 2.
Meski belum ada satu tahun ajaran, guru kelas 1 sudah memiliki bingkai hingga isian kondisi tiap siswa. Sedangkan siswa kelas 2, setidaknya bahan pembandingnya yaitu kondisi siswa di kelas 1 hingga kelas 2 di semester gasal ini. Sebagaimana yang pernah Bu Layla sampaikan di kelas 2. Kennard misalnya. Siswa yang menunjukkan perubahan diri dari kelas 1 ke kelas 2 saat itu. Khusus pada sisi afektifnya, Kennard tampak lebih tenang, lebih bertanggung jawab, serta lebih mampu mengendalikan diri. Nyatanya, perubahan afeksinya berdampak terhadap perubahan kognisinya.
Tidak hanya Kennard, ada beberapa siswa lain yang menunjukkan perubahan. Harapannya, tentu perubahan positif. Adit namanya. Dia termasuk siswa yang agresif dan psikomotoriknya tertampung dalam aktivitas Taekwondo, bahkan dia beberapa kali menjuarai kompetisi di bidang itu hingga tingkat provinsi. Terkadang, keagresifannya mengarah kepada teman yang sedang bermain di jam istirahat sekolah. Baik dilakukan dengan sengaja atau tidak. Kala itu, yang menjadi kekhawatiran Bapak Ibu Guru adalah standar “pukulan” atau “tendangan” Adit tidak sebanding dengan teman lain sehingga menimbulkan rasa sakit bahkan cedera.
Namun, teori itu terpatahkan setelah Adit duduk di kelas 2. Dia mulai menunjukkan kesungguhannya dalam belajar, kesungguhan dalam mengendalikan diri, dan kesungguhan dalam mematuhi kesepakatan-kesepakatan kelas. Yah, meski di lain hal, Adit masih sewajarnya anak seusianya, masih bermain yang polah tingkahnya dalam kategori aktif. Setidaknya, dia tidak membahayakan orang lain. Dalam mengaji, dia juga semangat sehingga eskalasi capaiannya lebih cepat dibandingkan teman lainnya. Hampir tiap hari, tanpa diminta, Adit selalu menyampaikan ke Bu Layla, Ustaz Aruf, Bu Shoffa, dan Bu Amik, tentang mengajinya di rumah.
“Ustazah, saya sudah belajar halaman 39,” ujar Adit di sela-sela kegiatan apel pagi dan berbaris di depan kelas.
“Alhamdulillah, Mas Adit hebat, terima kasih, ya, sudah semangat mengaji,” jawab Bu Layla.
Malam sebelumnya, Bu Desi (mama Adit) sempat menghubungi Bu Layla, karena tautan YouTube bahan belajar BAQ yang di-share oleh Ustaz Aruf ada yang keliru, seharusnya jilid 5 halaman 39, namun yang dikirim adalah jilid 5 halaman 36. Reaksi tersebut bukan kali pertama dilakukan Bu Desi. Menanyakan perkembangan mengaji Adit kepada Bu Layla maupun Ustaz Aruf kerap kali sebagai bahan pembicaraan kami ketika berjumpa. Seringnya berkomunikasi dua arah antara Bu Desi dengan Bapak Ibu Guru menunjukkan tanggapan positif terhadap perkembangan putranya di sekolah. Itu salah satu contoh dalam hal mengaji. Dalam hal lainpun, Bu Desi aktif berkomunikasi dengan Bapak Ibu Guru.
Fakta di atas, tentunya hasil upaya polesan dari berbagai pihak. Terlebih dukungan orang tua di rumah dalam membimbing Adit. Dukungan lahir dan batin. Dukungan lahir dalam bentuk kerja keras Adit dalam menempuh belajarnya. Dan orang tua dalam membimbingnya di rumah. Baik pelajaran tekstual maupun kontekstual. Sedangkan secara batin, tentulah usaha manusia disertai dengan doa. Nyata disebutkan dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi, “Rida Allah tergantung rida orang tua, murka Allah tergantung murka orang tua.”
Dua keterkaitan itu setidaknya mengimbangi upaya lahir dan batin Bapak Ibu Guru. Di sekolah. Sebagaimana tripusat pendidikan. Sinergi guru, murid, dan orang tua sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan, utamanya dalam pembiasaan pendidikan karakter.
Sebagai orang Islam yang beriman, tentunya melihat hubungan kondisi di atas tampak jelas bahwa pihak sekolah, Adit, dan orang tua Adit berupaya mengimplementasikan pesan Allah dalam firman-Nya di Ar-Ra’d ayat 11, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
Namun, seyogianya muhasabah pada diri sendiri lebih utama sebelum memuhasabahi orang lain. Upaya diri sendiri lebih kita utamakan sebelum memaksa orang lain untuk berupaya dengan hal yang sama dengan apa yang kita upayakan. Lā haula wa lā quwwata illā billāhil- ‘aliyyil- ‘aẓim.
Masyaallah, Adit hebat. Semoga selalu istikamah dan semangat dalam belajar.
masyaallah adit terus bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi ya