Sudah pukul 07.55. 

Saya terkejut. Dua menit lagi bel berbunyi. Murid-murid mulai apel pagi. Guru-guru harus segera mendampingi para muridnya.

Biasanya, pukul 07.45 sudah saya akhiri. Di luar dugaan, pembahasan tentang bab puasa pagi itu begitu tak terasa dan membuat saya terlena. Tahu-tahu, saat saya lihat jam, sudah pukul 07.55.

Rasanya, saya ingin segera mengakhiri pertemuan pagi itu. Guru dan pengabdi non-guru, semuanya hadir dalam pertemuan di musala itu. Tidak patut jika tidak segera saya akhiri.

Namun, ada yang hendak saya umumkan di Kamis (28/03/2024) pagi itu. Hanya saja, saya lupa: apa yang mau saya umumkan.

“Bapak Ibu, sebelum saya akhiri barangkali ada yang hendak disampaikan atau ditanyakan oleh Bapak Ibu, silakan.”

“Kegiatan Sabtu, jadinya, pripun Pak?” Bu Wiwik mengingatkan saya.

“O, iya. Matur nuwun, Bu Wiwik. Insyaallah Sabtu saya hendak melakukan pembahasan bersama Bapak Ibu semua. Jadi, saya mohon Sabtu besok tidak ada yang melakukan home visit.”

Alhamdulillah, ada yang mengingatkan saya. Terima kasih, Bu Wiwik. Tapi saya masih merasa ada lagi yang harus saya sampaikan. Lagi-lagi saya gagal mengingat. Justru yang muncul desakan dari diri saya sendiri untuk segera menutup pertemuan. 

“Masih adakah yang hendak ditanyakan?” tegas saya.

Semua terdiam.

“Baiklah, bila tidak ada, mari kita cukupkan pertemuan pagi ini dengan membaca hamdalah dan kafārah al-majlis bersama,” pungkas saya.

Selepas salam, saya segera meninggalkan musala. Dengan maksud, teman-teman guru leluasa untuk segera mendampingi murid-muridnya. Selain itu, saya juga hendak menghadiri undangan rapat pukul 08.00. 

Tiba di tempat rapat, saya segera menduduki salah satu kursi. Lalu saya lihat jam. Pukul 08.10. Ups, berarti saya telat. Namun, kenyataannya memang rapat belum dimulai. Saya lihat peserta rapat juga belum lengkap. Bahkan yang belum hadir lebih banyak dibanding yang sudah hadir. 

Ada notifikasi WhatsApp. Saya cek. Chat dari Bu Layla. Di grup SD Islam Hidayatullah 02.

“Pak Kambali, untuk jadwal KBM hari ini, ada perubahan pada jam apa saja, nggih?”

“Masyaallah. Inilah yang tadi pagi semestinya saya sampaikan,” batin saya. 

Andai saya tidak lupa, tentu tadi pagi sudah saya sampaikan secara lisan kepada seluruh guru dan pengabdi non-guru di musala. Namun, faktanya: saya lupa. Alhamdulillah, ada yang menanyakan dan sekaligus mengingatkan saya. Pun bertanyanya di grup. Itu memudahkan saya. Sekali menjawab, seluruh anggota grup mendapatkan informasinya. Terima kasih, Bu Layla.

Memang, sehari sebelumnya Bu Wiwik sudah menyampaikan rangkaian kegiatan Kamis (28/03/2024). Salah satunya, acara bersama Kak Yeni. Bertempat di ruang kelas 1. Diikuti oleh seluruh murid kelas 1 dan 2. Juga seluruh pengabdi SDIH 02. Kak Yeni seorang penulis. Beliau sangat aktif menulis. Padahal Kak Yeni kalau mengetik hanya bisa menggunakan satu jari saja. Satu jari, bukan satu tangan yang punya lima jari. Iya, jari yang lain kaku semua. Bahkan, untuk berjalan, beliau harus memakai kursi roda. Iya, beliau seorang difabel. Tapi, kondisi itu tidak menghalangi beliau untuk terus berkarya dan menebar manfaat kepada orang lain.

Bu Wiwik juga sudah menyampaikan teknis kegiatan dan perubahan jam KBM. Dan Kamis pagi, saya berencana menguatkan kembali informasi dari Bu Wiwik tersebut. Namun, karena lupa, saya batal menyampaikan. Alhamdulillah, Bu Layla mengingatkan saya. Pertanyaan Bu Layla membuat saya ingat dan leluasa menyampaikan kembali kegiatan di hari itu. Saya makin yakin: budaya saling mengingatkan sangat dibutuhkan di komunitas SDIH 02. Semoga saya dan teman-teman di SDIH 02 dimudahkan melakukannya. (A1) 

Baca juga: Posting

Baca juga: Pengaruh Guru

Bagikan:
2 thoughts on “Terima Kasih, Pertanyaannya, Bu Layla”
  1. alhamdulillah semoga kita bisa selalu mengingatkan satu sama lain

  2. Alhamdulillah, semoga kita bisa saling mengingatkan dalam hal kebaikan.

Comments are closed.

Scan the code