7 November 2023
Berdoa. Itulah yang dilakukan anak-anak setelah wudu. Meski kelas 1 dan kelas 2 kegiatan wudunya hampir selalu bersamaan, tidak pernah ada yang berantem. Tempat wudu kelas 1 dan kelas 2 sangat berdekatan. Bahkan tidak jarang kelas 1 yang sudah selesai wudu berpapasan dengan kelas 2 yang hendak berwudu.
Tempat melantunkan doa setelah wudu pun jadi satu. Artinya, satu tempat. Namun bisa digunakan secara bergantian. Sering pula kelas 1 dan kelas 2 bersamaan dalam berdoa.
Suatu ketika, sebarisan anak putri kelas 1 telah bersiap hendak membaca doa setelah wudu. Dalam hitungan detik beberapa anak laki-laki kelas 2 juga telah selesai wudu. Anak-anak kelas 2 ini pun akan berdoa di tempat yang sama. Oleh Bu Amik, anak-anak kelas 2 itu diminta bergabung dengan anak kelas 1. Sekalian menghemat waktu.
Dengan dipimpin seorang kapten, doa pun dilantunkan oleh sebarisan anak kelas 1 putri dan sebarisan anak kelas 2 putra. Anak kelas 2 melafalkan doa dengan suara yang keras. Sedangkan anak kelas 1 melafalkannya dengan suara pelan dan temponya cenderung lebih lambat dibanding anak kelas 2. Kondisi demikian tetap berjalan sampai doa selesai.
Setelah doa dilantunkan secara bersamaan, sebarisan anak kelas 2 laki-laki segera bergegas menuju kelas. Mereka hendak melaksanakan salat Duha. Berbeda dengan kakak kelas yang telah lebih dulu meninggalkan tempat, adik kelas tetap tinggal di tempat. Bu Amik mempersilakan sebarisan kelas 1 yang masih tertinggal untuk segera ke kelas.
Inara, salah satu anak kelas 1 yang ada di barisan itu menyampaikan, “Bu Amik, aku tidak bisa berdoa dengan khusyuk. Suara kakak kelas 2 keras sekali.”
“Kurang khusyuk, ya, berdoanya, karena kakak-kakak terlalu keras,” tegas Bu Amik.
“Iya, Bu. Suaranya keras banget,” sahut Salma dan Rara.
“Saya maunya doanya diulang,” sambung Inara lagi.
“Baiklah. Yuk, silakan siapa yang akan memberi aba-aba?” tanya Bu Amik.
“Saya, Bu,” jawab Salma sambil mengacungkan jari.
“Silakan!”
Aba-aba pun diucapkan Salma. Teman-teman menirukan dan melaksanakan yang diucapkan Salma. Berdoa mulai. Itu aba-aba terakhir yang diucapkan oleh sang kapten.
Dan, terlihat pemandangan yang membuat hati tenteram. Mereka, sebarisan anak kelas 1 putri ini, berdoa dengan sangat khusyuk. Mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata sambil menengadahkan tangan. Doa mengalir dari mulut-mulut mungil itu. Dengan penuh ketulusan, mereka ingin melantunkan doa, tanpa ada suara keras yang mengganggu kekhusyukannya.
Setelah berdoa mereka berjalan menuju ruang kelas untuk melaksanakan salat Duha.
Alhamdulillah, semoga saya bisa meniru Inara dan teman-temannya: bekerja keras (mengulang doa) demi kekhsuyukan amal.