“Teman-Teman, kita hanya punya waktu tiga hari, lho, untuk latihan. Jadi, Bu Wiwik dan Bu Eva berpesan, anak-anak bisa fokus dan mengikuti dengan baik,” pesan Bu Wiwik di kelas 1.

Saya mengakui bahwa persiapannya memang terbilang mepet jika dibandingkan ekshibisi akhir tahun, Juli lalu. Senin, Rabu, dan Kamis, hanya tiga hari. Mungkin bagi orang dewasa waktu tersebut sudah cukup. Bagi anak-anak kelas 1 dan 2 rasanya kurang. Meski begitu, saya dan bapak/ibu guru lainnya tetap percaya diri. Kami percaya jika anak-anak bisa.

Selama latihan, ya, tidak selalu berjalan mulus. Pasti ada drama, waktu untuk mengondisikan, dan mengulang jika ada anak yang masih bermain-main. Itulah tantangannya. Saya juga tidak berharap banyak dengan waktu yang singkat. Apalagi satu anak ada yang merangkap dua atau tiga tugas. Mengingat baru ada dua kelas.

Ekshibisi Akhir Semester, judul kegiatannya. Rangkaiannya ada gelar karya, pentas seni, pemberian penghargaan, dan panitia cilik. Seperti pada umumnya, gelar karya, ya, pameran hasil karya anak-anak selama belajar satu semester. Pentas seni ada beberapa tampilan: pembukaan empat bahasa (Indonesia, Inggris, Jawa, dan Arab), tahfiz, sambutan-sambutan, hafalan Qur’an, hafalan hadis, hadrah, tari, dan menyanyi. Kalau panitia cilik, sudah pasti panitianya kecil-kecil alias anak-anak. Menggemaskan, bukan?

Tentu sangat menggemaskan. Apalagi sang ketua panitia ingin acaranya spektakuler, ungkapnya di rapat perdana bersama para panitia cilik lainnya. Ananda Langit kelas 2, ketua panitianya. Seperti halnya kepanitiaan pada umumnya. Ada rapat, pembagian tugas, dan gladi bersih. Anak-anak berlatih bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.

Sampai tiba di hari yang ditunggu. Anak-anak menjalankan tugas dengan baik. Mulai dari pembawa acara yang percaya diri, sambutan ketua panitia yang keren, penerima tamu yang ramah, panitia konsumsi yang harus membawa nampan, dan para petugas pentas yang bersemangat. Anak-anak membuktikan bahwa mereka pantas diberi kepercayaan.

Bagikan:
Scan the code