“Anak-anak boleh istirahat dulu,” perintah Bu Eva kepada murid-murid.
Anak-anak mulai menyantap bekalnya. Bagi yang membawa bekal, dipersilakan makan dulu baru bermain. Selang beberapa menit, sebagian dari mereka sudah berhamburan ke luar kelas. Sebagian lainnya masih di kelas.
“Ini kado buat kamu, Mika,” ucap Rafa kepada Mika sembari menyodorkan sebuah bingkisan.
Rafa memberikan hadiah tak hanya untuk Mika. Sekaligus juga untuk Vira. Itu ia lakukan setiap kali ada temannya yang berulang tahun. Rafa gemar berbagi.
Mika membuka bingkisannya, dikerumuni beberapa temannya. Salah satunya Rama. Rama tampak agak kesal ketika melihat Mika membuka bingkisannya. Kurang jelas apa yang diucapkan Rama kepada Mika, sampai-sampai Mika jadi bersedih hati. Mika hampir saja menangis di tempat duduknya. Nafiza, yang duduk di samping Mika, langsung mengambil peran.
“Udah … udah, ga pa-pa,” bisik Nafiza sembari menepuk-nepuk lengan Mika.
Ekspresi wajah dan gestur tubuhnya tampak seperti kakak sedang ngliling adik kecil.
Kemudian Nafiza menawarkan roti miliknya. Mika mau. Lalu mereka membaginya menjadi dua dan dimakan bersama. Senyum Mika kembali merekah. Nafiza berhasil membalikkan suasana hati Mika.
Tak disangka, seorang Nafiza, yang biasanya dimong, ternyata juga bisa momong. Adegan dua anak manis itu hanya terekam oleh mata Bu Eva. Tak sempat mengabadikan melalui jepretan gawai. Jadi, sayang jika tidak diceritakan lewat tulisan.
MasyaAllah gemas sekali tingkah dari Mba Nafiza yang begitu perhatian dengan Mika yang sedang bersedih seperti momong adeknya.
MasyaAllah, anak kecil seperti Nafiza sudah bisa momong temannya yang sedih. Walaupun badannya kecil tetapi pikirannya dewasa, bisa langsung mengambil peran menenangkan temannya yang bersedih.