Pembiasaan Duha segera dimulai. Anak-anak kelas 2 mempersiapkan diri untuk berwudu. Melingkis lengan baju sampai di atas siku. Tak lupa juga melingkis celana sampai di atas mata kaki. Kemudian, duduk di karpet sesuai kelompoknya. Kapten maju ke depan kelas.
“Tepuk wudu!” instruksi kapten kelas”.
“Baca basmalah sambil cuci tangan. Kumur-kumur basuh hidung, basuh muka. Tangan sampai ke siku. Kepala dan telinga. Terakhir cuci kaki lalu doa,“ anak-anak melantunkannya sesuai dengan nadanya.
Kemudian dilanjut dengan melantunkan niat wudu. Setelah itu, Kapten kembali duduk ke kelompoknya semula. Kelompok yang paling tertib dipilih untuk lebih dahulu menuju ke tempat wudu.
Terlihat semua anak kelas 2 sudah berada di tempat wudu. Duduk mengantre. Menunggu giliran kelompoknya menuju keran. Ustaz Aruf saat itu bertugas mengawasi praktik berwudu anak-anak. Kelompok yang paling tertib akan dipanggil Ustaz Aruf terlebih dahulu untuk menuju keran wudu dan langsung mempraktikkan wudu.
Praktik berwudu berlangsung. Saat Ustaz Aruf mengawasi salah satu kelompok yang beranggotakan Qaleed, Sultan, Raya, dan Rendra, ada suatu momen yang membuat Ustaz Aruf heran sekaligus senang. Sultan, salah satu anak di antara kelompok itu yang praktik wudunya masih membutuhkan bimbingan dan arahan khusus dari Ustaz Aruf, ternyata sudah mulai berwudu sebelum Ustaz Aruf membimbingnya secara khusus. Di luar dugaan: ternyata ia meniru dan mengikuti cara berwudunya Qaleed. Ustaz Aruf pun membiarkannya, karena Qaleed sudah lulus tes wudu.
Masyaallah. Tindakan yang ditunjukkan Sultan sebenarnya wujud keinginan Sultan untuk segera bisa wudu secara mandiri. Ia juga ingin wudunya baik. Karena itu, Sultan meniru temannya yang wudunya sudah baik. Semoga Sultan bisa meniru hal-hal baik lainnya juga dari siapa pun yang ia temui.
[…] Baca juga: Meniru […]