“Sugeng siang, Pak Kambali, ingin menginfokan, jika ayunan di SD sepertinya sudah tidak kokoh sambungannya.”
Sabtu (28/10/2023) pukul 13.08 saya terima chat di atas. Pengirimnya: Pak Y. Aditya Saputra. Putri beliau—Adia Hasna Salsabila—bersekolah di SD Islam Hidayatullah 02.
Beliau juga mengirimkan dua foto. Foto pertama beliau tandai pada tiga bagian. Saya cermati bagian itu. Saya bisa memperkirakan kondisi nyata mainan itu. Foto kedua menampilkan gambar yang berbeda dari foto pertama. Foto kedua juga bertanda pada tiga bagian.
Saya baru bisa merespons chat tersebut pukul 14.36. Setelah selesai menerima tamu. Ya, siang itu ada tujuh orang menemui kami—saya dan Bu Wiwik. Mereka itu wali murid kelas 2. Adia Hasna Salsabila saat ini juga kelas 2.
“Matur nuwun sanget, infonya, Pak Yo.”
Bu Wiwik dan satpam saya ajak jemaah Asar. Setelah itu, saya sempat melihat langsung kondisi ayunan. Saya cari bagian yang bertanda pada foto pertama dan kedua. Dapat. Saya juga sempatkan mencoba ayunan itu. Final: harus segera ditindaklanjuti.
Saya minta bantuan Bu Wiwik untuk komunikasi via WhatsApp dengan Pak Syukari. Adapun Bu Ambar saya mintai bantuan komunikasi melalui surat resmi.
Setelah melihat ayunan, sebelum pulang, saya sempatkan memeriksa pintu ruang kelas 1. Hari sebelumnya, saya meminta Bu Ambar untuk matur Pak Syukari. Pintu ruang kelas 1 sulit dibuka. Dan Jumat (27/10/2023) itu Bu Ambar dan Pak Adhit sempat terkurung di ruang kelas 1. Diduga: daun pintunya bermasalah.
“Alhamdulillah, pintunya sudah normal kembali,” batin saya.
“Tadi Pak Yadi ke sini, Pak. Nguthek-uthek pintu ini, Pak,” kata Mas Yuli—satpam—sembari mendekati saya.
Rupanya Mas Yuli memperhatikan apa yang saya lakukan (memeriksa pintu ruang kelas 1).
“Iya, Mas, ini pintunya sudah normal kembali. Masalahnya apa, Mas Yuli pirsa?“
“Mboten, Pak.”
“Daun pintunya diganti atau hanya diperbaiki?”
“Kula mboten ngertos, Pak.”
“Oh, nggih, Mas. Alhamdulillah, pintunya sudah normal. Sudah bisa dibuka ditutup sewajarnya.”
“Nggih, Pak.”
Mulai Senin (30/10/2023) saya meminta Bapak Ibu guru agar mengimbau anak-anak untuk tidak bermain ayunan terlebih dahulu.
Pak Yadi dan Pak Is—timnya Pak Syukari—mulai memperbaiki ayunan pada Senin (30/10/2023) itu. Hingga sore, perbaikan ayunan belum selesai. Selasa pagi Pak Yadi dan Pak Is melanjutkan perbaikan. Alhamdulillah, Selasa sore perbaikan ayunan sudah selesai. Mulai Rabu ayunan sudah dapat digunakan kembali. Anak-anak bisa bermain ayunan lagi.
Alhamdulillah, Jumat Bu Ambar menyampaikan kerusakan pintu, Sabtu Pak Syukari segera mengirim tenaga untuk memperbaikinya. Sabtu Bu Wiwik melaporkan kerusakan ayunan, Senin Pak Syukari segera menindaklanjutinya. Sigap sekali.
Terima kasih, Pak Syukari, Pak Yadi, Pak Is. Juga Pak Yo. Demikian pula Bu Ambar, Bu Wiwik, dan semuanya. Itu inspirasi bagi saya, bagaimana semestinya merespons kebutuhan stakeholder. (A1)