“Innā lillāhi wa innā ilaihi rājiʻūn, ….”
Bu Wiwik mengumumkan berita duka kepada anak-anak kelas 1 setelah doa pagi.
Kepala Sekolah mengajak Bapak/Ibu Guru, dan anak-anak untuk mendoakan, berempati, dan saling membantu. Selasa (26/09/2023), Bu Eva dan Bu Wiwik terlupa akan pesan yang disampaikan oleh Pak Kambali di grup Sekolah. Lalu berencana akan menyampaikannya Rabu, keesokan harinya.
“Teman-Teman masih ingat kemarin ada kakak kelas kita yang berduka?” tanya Bu Eva kepada murid-muridnya.
“Kak X (nama disamarkan), Bu?” jawab Gibran.
“Iya, betul. Teman-Teman, Bapak dan Ibu Guru ingin mengajak Teman-Teman bersedekah atau berbagi untuk Kak X,” jelas Bu Eva.
“Memangnya kenapa, Bu?” tanya beberapa anak.
“Teman-Teman tahu hadis ini tidak? Al-muslimu akhu al-muslim, muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Jadi, sudah seharusnya kita saling membantu, saling memberi, saling menolong. Karena kita semua bersaudara. Apalagi kita masih satu sekolah, yaitu di SD Islam Hidayatullah …. “
“Duaaa …,” sahut anak-anak serempak.
Kemudian beberapa anak mulai angkat tangan. Sebelum berbicara, anak-anak dibiasakan angkat tangan terlebih dahulu. Setelah ditunjuk baru diperkenankan berbicara.
“Sedekahnya apa, Bu Eva? Boleh baju, Bu?” tanya Rara.
“Sedekahnya uang saja, ya, Teman-Teman. Supaya lebih bermanfaat. Memberinya seikhlasnya.”
“Ikhlas itu apa, Bu?’ tanya Gibran.
“Ikhlas itu berarti memberinya tulus karena Allah, tidak berharap dibalas, Mas Gibran,” terang Bu Eva.
Mulailah bermunculan pertanyaan tentang nominal yang harus dibawa. Bu Eva tidak membatasi nominalnya, hanya menjelaskan supaya anak-anak menyisihkan uang jajan mereka dan minta izin kepada orang tua.
“Saya punya uang sendiri, Bu. Boleh nggak, Bu Eva, pakai uang tabunganku?”
“Boleh, dong, Mbak Icha. Insyaallah dikumpulkan hari Jumat, ya, Teman-Teman.”
Temannya yang lain tak mau kalah. Semua mengatakan punya uang sendiri dan berlomba-lomba ingin membawa nominal yang besar.
Siang harinya, sebelum wudu salat Zuhur, Bu Eva kembali mengingatkan anak-anak agar tidak lupa. Tentu ada kekhawatiran jika anak-anak lupa, karena ada jeda satu hari libur. Yaitu hari Kamis (28/09/2023), memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Syukurnya, anak-anak langsung bercerita kepada orang tuanya ketika dijemput. Hal ini tak lepas atas peran orang tua juga.
***
Hari Jumat pun tiba. Pada jam pelajaran Matematika, Bu Eva awali dengan membahas perihal pesannya Rabu lalu.
“Anak-Anak masih ingat pesan Bu Eva?”
“Masih, Bu. Makan tidak boleh disuapi, terus salatnya tidak buru-buru,” jawab anak-anak.
“Ada satu lagi, loh, yaitu sesuatu yang harus dibawa hari ini.”
“Oh, sedekah uang, ya, Bu?” tebak anak-anak serempak.
“Alhamdulillah, Anak-Anak masih ingat. Yang sudah membawa boleh diambil, tapi Bu Eva pilih kelompok yang tertib dulu.”
Sebetulnya, saat pagi, beberapa anak sudah melapor. Ingin bersegera mengumpulkan. Tapi Bu Eva menahannya karena ingin pengumpulannya dilakukan secara bersama-sama.
“Alhamdulillah, terima kasih, ya, Teman-Teman. Bu Eva dan Bu Wiwik senang sekali karena Teman-Teman sudah mau belajar berbagi. Semoga bisa bermanfaat untuk keluarganya Kak X, ya.”
“Amin …,” sahut anak-anak.
“Bu, punya saya yang di amplop, ya, isinya … (menyebut nominalnya)” lapor salah seorang anak.
“Punyaku enggak, punyaku lebih banyak,” lapor anak lain.
“Teman-Teman, kalau sedekah itu harus apa?”
“Ikhlas …,“ jawab beberapa anak.
“Berarti gak boleh pamer, ya, Bu?” tanya Aza.
“Seratus, Mbak Aza,” jawab Bu Eva.
“Tapi tadi Shaqueena beri tahu saya, Bu, jumlahnya,” ucap Rama.
“Iya, Bu, Icha juga. Gibran juga!” sahut Alisha.
“Oke, tidak apa-apa. Mungkin tadi Mbak Shaqueena, Mbak Icha, dan Mas Gibran belum tahu. Sekarang Teman-Teman sudah tahu, ya.”
“Bu, terus kalau misal ditanya jawabnya gimana?” tanya Rara.
“Nah, kalau ditanya jawabnya seperti ini saja, Mbak Rara: rahasia, dong.”
“Memang kenapa, sih, Bu?” tanya Tristan.
“Kalau sedekah itu sebaiknya diam-diam, jadi tidak diberitahukan ke orang lain. Tapi kalau niatnya mau mengajak, boleh. Asalkan tidak untuk pamer,” jelas Bu Eva.
“Nanti kalau sombong jadi temannya setan,” celetuk Fathir.
“Tepuk satu,” aba-aba Bu Eva untuk membuat anak-anak kembali tenang.
“Insyaallah nanti uangnya Bu Eva dan Bu Wiwik berikan hari ini. Semoga Allah membalas kebaikan Teman-Teman semua.”
“Membalasnya gimana, Bu?” tanya Gibran.
“Ada yang tahu?”
“Dibalas pakai uang juga, Bu, sama Allah?” sahut Icha.
“Nah, membalasnya nanti misal, Allah memberikan anak-anak kesehatan. Terus apa lagi?” umpan Bu Eva.
“Kemudahan, Bu!” ucap Gibran.
“Keselamatan!” ucap Rafa.
“Keberkahan!” lanjut Fathir.
“Benar semuanya. Āmīn, yā Rabbal …. ”
“ʻAlamīn …,” seru anak-anak.
Anak-anak berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik. Keaktifan mereka bertanya dan menjawab juga bagian dari belajar. Bu Eva teramat senang melihat respons murid-muridnya yang begitu semangat dalam berbagi. Upaya ini dilakukan sebagai ikhtiar demi menumbuhkan karakter baik dalam diri anak.