Nujaimatul Mushoffa

“Oh, ya, saya lupa. Kebiasaan saya, sebelum ngajar, saya memberi tugas dulu,” kata Pak Teguh, memulai sharing pagi itu.

Sabtu (21/10/2023), seperti biasa, kegiatan diawali dengan pembinaan rutin. Materinya, membaca Al-Qur’an dan dilanjutkan koordinasi. Setelah itu, terjadwal sharing dengan Pak Teguh, membahas kondisi anak-anak di SDIH 02, dengan tema “Bersahabat dengan Anak ADHD”.

Sebelumnya, Pak Teguh sudah beberapa kali melakukan observasi di kelas 1 dan 2.

“Saya senang ketika melihat-lihat di sini. Semua murid menerima kehadiran teman-temannya yang berbeda,” aku Pak Teguh.

Pembahasan makin seru ketika Pak Teguh memulai dari poin nomor 5: “Mengapa guru perlu melek ADHD?” Menjadi guru memang mempunyai tantangan yang berat. Bagaimana tidak? Guru dituntut untuk bisa memerankan berbagai profesi sekaligus. Sekadar contoh—seperti ditulis Pak Teguh dalam artikelnya “Guru: Apa profesinya?”—dalam tugasnya sehari-hari, guru juga menjadi wartawan, hakim, diplomat, psikolog, konselor, dukun, dan masih banyak lagi.

Terkait penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK), lagi-lagi kedudukan guru sebagai role model tidak bisa diabaikan. Cara guru mengingatkan, memberikan contoh, dan mengapresiasi anak sangatlah berpengaruh terhadap cara anak-anak yang lain memperlakukan temannya. Gurulah perekayasa iklim kelas dan sutradara interaksi antarsiswa, yang menentukan tenteram atau runyamnya suasana kelas dengan ABK.

Bagikan:

By Admin

Scan the code