As-salamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,” ucap Bu Eva di depan murid-muridnya.

Wa ‘alaikumus-salam wa rahmatullahi wa barakatuh,” jawab murid-murid dengan semangat.

Seperti biasa, guru harus melakukan pengondisian kelas terlebih dahulu. Agar anak-anak lebih fokus. Jika sudah, baru dilanjutkan pembelajaran atau masuk ke materi. Jika di tengah-tengah pembelajaran anak-anak tidak kondusif, itu hal yang wajar, terlebih di kelas 1. Guru harus siap aksi.

Pagi itu mata pelajaran umumnya, Matematika. Kalau di kelas 1, mengajar Matematika menjadi menyenangkan. Karena bisa sambil bermain. Tantangannya, menyampaikan ke anak-anak harus dengan bahasa yang mudah mereka cerna.

Komposisi bilangan adalah materi yang harus disampaikan Bu Eva.

“Adakah yang mau bertanya?” Bu Eva ingin memastikan murid-muridnya sudah paham atau belum.

Rama dan Tristan angkat tangan. Tandanya mereka masih belum paham. Bu Eva menjelaskan ulang dan lebih intens ke dua anak tersebut sampai akhirnya ada kata “paham” dari mereka.

“Bu Eva akan memberikan tantangan. Kalau tantangan pertama sudah selesai, dilanjut tantangan kedua,”

Bu Eva membagi LK menjadi dua bagian. Bu Eva memilih baris kelompok yang tertib dulu. Tiap-tiap kapten kelompok akan maju mewakili mengambil LK. Semua anak telah mendapat tugasnya. Berselang sekitar 10 menit sudah ada yang mengumpulkan. Elora pertama, disusul Gibran. Bu Eva cek hasilnya memang sudah benar. Dan selang beberapa menit kemudian disusul anak-anak lain.

“Ini tantangan yang kedua,” ucap Bu Eva kepada anak yang sudah selesai tantangan pertama.

Tiba giliran Rama mengumpulkan. Bu Eva mengoreksi langsung. Ternyata jawabannya belum benar. Bu Eva beri kesempatan untuk memperbaiki dan memberi tahu juga caranya.

“Susah, Bu Eva,” keluh Rama.

“Ayo, dicoba lagi. Kalau fokus, insyaallah Rama bisa,” Bu Eva meyakinkan Rama.

Rama kembali ke tempat duduknya. Tak berselang lama, Gibran mengumpulkan tantangan yang kedua. “Cepat sekali,” batin Bu Eva.

Setelah mengumpulkan, Gibran tak langsung kembali ke tempat duduknya. Ia justru menghampiri Rama. Ternyata Gibran begitu perhatian kepada temannya. Ia mengajari Rama dengan sabar. Bu Eva memastikan agar Gibran tidak langsung memberi tahu jawabannya. Bu Eva membiarkan pemandangan indah itu terjadi. Siapa tahu, jika diajari teman sebayanya, Rama jadi lebih mudah mengerti.

Bu Eva melirik ke bagian belakang juga ternyata ada pemandangan yang tak kalah indah. Ada seorang anak perempuan yang sedang mengajari temannya. Yaitu Elora. Ada Salma, Akbar, dan Dea yang ia bantu. Umumnya, anak-anak lain akan beralih ke kegiatan lain jika sudah selesai mengerjakan.

Gibran membantu Rama sampai tuntas. Memastikan semua soal sudah terjawab. Hanya tersisa tiga soal yang Rama masih belum benar menjawabnya. Lain halnya dengan Elora. Ia tidak bisa menuntaskan bantuannya. Mungkin saja ia kerepotan. Maklum, ia harus menghadapi tiga teman sekaligus. Alhamdulillah, ada Bu Shoffa juga yang turut membantu.

Bagi sang guru, sikap kedua anak tersebut adalah sifat mulia. Mereka tak membiarkan temannya mengalami kesulitan sendiri. Tanpa disadari, Elora dan Gibran sudah menjadi guru bagi teman-temannya. Bu Eva juga merasa sangat terbantu dengan aksi tanggap Elora dan Gibran.

 

Bagikan:
9 thoughts on “Guru Sukarela”
  1. Pintar sekali Elora dan Gibran. Tanpa diminta mereka sukarela membantu temannya yang kesulitan mengerjakan soal. Selalu semangat Elora dan Gibran dalam membantu teman-teman.

Comments are closed.

Scan the code