Saya beranjak dari tempat duduk. Berkas di tempat lain hendak saya ambil. Tiba-tiba terdengar salam dari luar ruangan. Sembari menjawab salam, saya mendekat. Ternyata ada tamu. Pengabdi Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah. Laela Karima, namanya. Biasa dipanggil Bu Laela.

Setelah saya persilakan, Bu Laela masuk ruangan kemudian duduk di kursi menghadap ke timur. Saya pilih kursi dan duduk menghadap ke barat.

Ini kunjungan kedua Bu Laela. Tiga hari sebelumnya, Bu Laela telah berkunjung ke SD Islam Hidayatullah 02. Saat itu, Selasa, 5 April 2022, Bu Laela ditemani dua pimpinan: Kepala Divisi Akademik dan Kepala Divisi Kesiswaan. Kunjungan kedua kali ini, Bu Laela tidak didampingi siapa pun. Sendiri.

Kunjungan kedua ini, Bu Laela membicarakan perencanaan pembelajaran di SD Islam Hidayatullah 02. Fokusnya di penguatan pembelajaran bahasa Inggris.

Menilik latar belakang pendidikannya, saya yakin kompetensi Bu Laela tidak diragukan lagi. Kuliah S1 di Pendidikan Bahasa Inggris, Unissula. Melanjutkan S2 di UGM.

Selain itu, Bu Laela juga telah berpengalaman mengajar selama kurang lebih tiga tahun. Bu Laela punya banyak cerita tentang usahanya dalam mengoptimalkan pembelajaran. Mulai dari pemetaan murid, tindak lanjut pemetaan, asesmen, hingga pembimbingan murid yang hendak mengikuti lomba.

Dalam kesempatan kunjungan kedua ini, Bu Laela juga menyampaikan berbagai program dan strategi yang menurutnya patut untuk diimplementasikan di SD Islam Hidayatullah 02. Sangat menarik paparan Bu Laela. Dan yang sangat mengesankan bagi saya adalah pernyataan Bu Laela menjelang akhir pembicaraan.

“Sebaik apa pun program dan strategi yang kita terapkan, tetap saja bergantung pada gurunya.”

“Maksudnya?”

“Ya, walaupun programnya bagus, tetapi komitmen dan kompetensi guru rendah, hasilnya kompetensi murid akan tetap rendah.”

Sejenak saya termenung. Ini kali kesekian saya mendengar pernyataan yang isinya sama, dengan beragam redaksi. Intinya: peran penting guru dalam pendidikan anak. Tantangan nyata terhampar di depan mata. Bagaimana memastikan guru berperan sebagaimana mestinya? Cukupkah dengan selembar sertifikat pendidik? Bukankah begitu banyak guru yang telah bersertifikat pendidik, namun menunjukkan performa kinerja yang rendah?

Akhirnya pembicaraan dengan Bu Laela yang hampir berakhir saya hangatkan kembali dengan beralih pada topik tentang tantangan tersebut. Dan kami sepakat: untuk menghasilkan guru yang qualified, dibutuhkan manajemen yang juga qualified.

Bagikan:
16 thoughts on “Kunjungan Kedua”
  1. … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: sdislamhidayatullah02.sch.id/2023/03/18/kunjungan-kedua/ […]

  2. … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: sdislamhidayatullah02.sch.id/2023/03/18/kunjungan-kedua/ […]

Comments are closed.

Scan the code