Penilaian Akhir Semester (PAS) telah usai. Kegiatan pasca-PAS dirancang untuk persiapan peringatan Hari Ibu dan classmeeting. Rabu, 18 Desember 2024, murid-murid sudah mulai libur. Hari itu kami manfaatkan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan hari Kamis.

Kamis (19/12/2024), terjadwal penerimaan Laporan Akhir Semester, wali murid berbagi, dan doa bersama. Yayasan, Lembaga, dan seluruh wali murid diundang. Bertempat di lobi gedung baru SD Islam Hidayatullah 02.

Ini adalah kali pertama kami mengadakan kegiatan yang menghadirkan banyak tamu di gedung baru. Banyak barang yang harus dibawa dari gedung lama ke gedung baru. Oleh sebab hal tersebut, bapak-bapaklah yang lebih banyak berperan. Pak Adhit, Pak Aruf, dan Pak Kukuh hilir mudik mengangkut barang-barang yang dibutuhkan. Tak ketinggalan, Bapak-Bapak petugas kebersihan dan Pak Yuli (satpam) turut membantu.

Proses pemindahan barang-barang tersebut baru bisa dilakukan mulai Rabu, setelah anak-anak libur. Terdapat beberapa barang yang diambil dari kelas. Bahkan, kami juga perlu meminjam beberapa sarana dari unit lain.

Rabu siang, dua kipas blower datang. Kedua kipas itu dipinjam dari SMPIH. Ukurannya cukup besar, pun bobotnya.

Pak Adhit terlihat sedang menebahi karpet menggunakan sapu lidi. Saat saya melihat Pak Adhit membersihkan karpet, ada rasa malu tebersit. Sebelumnya, beliau sudah mengangkat barang-barang yang cukup berat. Sekarang, masih harus membersihkan karpet yang saya sendiri pun (seharusnya) bisa melakukan. Betapa tidak pekanya saya!

Tanpa berpikir panjang, Pak Adhit menghentikan kegiatannya dan beralih untuk membantu mengangkat kipas. Keputusan yang tepat, menurut saya. Betapa tidak? Hanya ada Pak Kukuh, Pak Aruf, dan Pak Kukuh (driver) saat itu. Ketiganya butuh bantuan Pak Adhit.

Tak disangka, Pak Kambali mengambil sapu lidi yang ditinggalkan Pak Adhit. Beliau lantas melanjutkan membersihkan karpet. Saya tertegun sejenak. Kian malu! Kali ini, saya tidak boleh mengulang kesalahan yang sama.

“Pak Kambali, biar saya saja,” pinta saya.

Enggak pa-pa, Bu,” jawab Pak Kambali.

Pak Kambali belum bersedia menyerahkan sapu lidinya.

“Saya saja, Pak,” pinta sekaligus paksa saya.

Saya sempat khawatir jangan-jangan Pak Kambali masih enggan menyerahkan sapu lidi itu. Jika itu terjadi, saya sudah menyiapkan jawaban yang bakal memaksa Pak Kambali menyerahkan sapu lidi itu.

Bersyukur, Pak Kambali akhirnya menyerah. Sapu lidi itu saya ambil alih.

Baru beberapa menit saya menebahi karpet, Pak Kambali memanggil Bu Ambar. Bu Ambar paham apa yang dimaksud Pak Kambali. Saya sempat hendak menolak, namun saya urungkan.

Dari peristiwa ini, sebuah pelajaran besar saya maknai. Keteladanan. Membersihkan karpet adalah pekerjaan ringan. Meski ringan, ternyata di baliknya sarat akan makna.

Lo! Bukankah anak-anak juga melakukan ini setiap hari di kelas? Sayalah yang mengajarkan kepada anak-anak. Kenyataannya, saya sendiri juga masih harus diajari. Astagfirullah! (A2)

Bagikan:
Scan the code