“Qi, minta maaf, ya,” pinta Fillio sambil menyodorkan tangan, mengajak bersalaman.
“Iya,” jawab Haqqi sambil menerima ajakan bersalaman dari Fillio.
Jumat (30/08/2024), anak-anak kelas 3 terlihat ceria dengan memakai seragam berwarna cokelat, lengkap dengan topi dan halsduk-nya. Karena di hari itu ada kegiatan Pramuka.
Hari itu, pelajaran BAQ kelas 3, di sesi pertama: 07.15—08.15. Sedangkan kelas 1, di sesi kedua: 08.15—09.15.
“Sekarang yang membaca terlebih dahulu yang jilid 6 halaman 34, ya,” ujar saya.
“Yey!” jawab beberapa anak yang capaiannya halaman itu.
“Yang jilid 5, dipersilakan belajar pada halamannya masing-masing dengan level suara 1, ya,” pinta saya.
Beberapa anak yang jilid 5 segera membuka halamannya masing-masing dan belajar. Sedangkan beberapa anak yang halaman 34, segera memulai membaca dengan saya bimbing.
Di tengah-tengah pembelajaran, tiba-tiba Haqqi mengusili salah satu anak yang jilid 5. Fillio, yang melihatnya, seketika tidak terima dengan kelakuan Haqqi. Fillio melapor kepada saya. Saya segera memberi konsekuensi kepada Haqqi. Tak terduga, Fillio malah senang dan mengejek Haqqi. Haqqi yang merasa diejek oleh Fillio, terlihat sakit hati. Haqqi membalas dengan memukul Fillio. Saya pun segera melerai konflik itu. Memindah tempat duduk Haqqi dan Fillio menjadi lebih jauh. Membiarkan mereka terlebih dahulu. Dengan harapan emosi mereka reda dan menjadi lebih tenang. Kemudian, pembelajaran mengaji dilanjutkan kembali.
Setelah beberapa saat, Haqqi dan Fillio tampak terdiam dan melamun. Mereka seperti sedang menyesali yang telah mereka lakukan.
Di akhir pembelajaran, saya merefleksi kejadian yang tidak baik itu kepada anak-anak. Khususnya Haqqi dan Fillio. Saya meminta mereka untuk saling memaafkan. Alhamdulillah, mereka bersedia. Bahkan, ketika saling memaafkan, mereka tampak sangat legawa. Seperti sudah akrab lagi. Mereka berjalan bersama menuju kelas.
Alhamdulillah, konflik terselesaikan. Lega rasanya. Memang demikianlah, anak-anak dengan sangat mudah saling memaafkan ketika konflik telah berakhir. Saya jadi teringat dengan potongan ayat 134 surah Ali ‘Imran, “… dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain ….” Saya makin yakin bahwa hakikatnya manusia sangat mudah untuk saling memaafkan.