“Penghargaan berikutnya diberikan kepada ananda dengan peningkatan kemampuan membaca paling signifikan. Penghargaan tersebut diberikan kepada Nafiza Hasna Maulida, putri Bapak Adi Prasetyo dan Ibu Fitrowati,” terang Bu Wiwik.
Tanpa perlu diminta, Nafiza bergegas naik ke panggung menyusul Kinan, Icha, dan Alisha. Kinan dan Icha menjadi murid yang paling rajin membaca buku. Icha juga meraih penghargaan sebagai murid dengan hafalan Al-Qur’an terbanyak di kelas 1. Sementara, Alisha dianugerahi penghargaan atas delta mengaji tercepatnya.
Selain keempat anak tersebut, ada pula Mika yang dinobatkan sebagai anak yang paling ringan tangan. Keenan dan Azza menerima apresiasi atas raihan bintang terbanyak. Salma dan Rafa menerima penghargaan atas prestasi mereka rajin berangkat sekolah. Tak ketinggalan, berkat hobi menulisnya, Elora dianugerahi penghargaan sebagai murid yang paling rajin menulis.
Apa yang diraih oleh kesepuluh anak tersebut merupakan buah dari perjuangan dan konsistensi mereka dalam mempertahankan capaiannya. Perjuangan dan konsistensi itu bertumbuh menjadi resiliensi. Itulah syarat utama penentuan penerima penghargaan-penghargaan tersebut.
Nafiza. Pada awal tahun ajaran, tes diagnostik membacanya baru sampai pada level suku kata. Bahkan, ada beberapa huruf yang belum dikenalnya. Bu Wiwik tak ingin melakukan malapraktik stimulasi membaca pada Nafiza. Ia pun kembali membuka catatan seorang guru yang berjudul “Stimulasi Membaca pada Anak Usia Dini”.
Bu Wiwik berusaha mencari jalan masuk untuk memantik minat baca Nafiza. Setiap pulang sekolah, Nafiza sering dijemput terlambat karena menunggu kakaknya dulu yang bersekolah di SD Islam Hidayatullah. Sembari menunggu, ia suka membuat coretan di papan tulis. Nafiza menulis beberapa huruf. Rangkaian huruf-huruf tersebut tak memiliki arti.
Hasil pengamatan itu dijadikan Bu Wiwik sebagai jalan masuk untuk mengajari Nafiza membaca. Bu Wiwik menggunakan whiteboard kecil.
“Mbak Nafiza, coba tuliskan huruf b,” pinta Bu Wiwik.
Nafiza tersenyum yakin dan menuliskan huruf yang diminta gurunya. Bu Wiwik melanjutkan hingga Nafiza menulis kata “bola”. Selama sepekan, Nafiza mengikuti tambahan membaca sepulang sekolah. Seiring dengan kian meningkatnya kemampuan membaca Nafiza, Bu Wiwik menawari muridnya itu untuk membawa pulang sebuah buku dari sudut baca di kelas. Ada beberapa buku yang Bu Wiwik sodorkan. Nafiza-lah yang memilih satu dari sekian buku itu.
Hampir setiap hari Nafiza membawa pulang buku dari sudut baca.
“Mbak Nafiza, bukunya sudah dibaca?” tanya Bu Wiwik keeseokan paginya.
Nafiza mengangguk sembari mengeluarkan buku yang ia pinjam, lalu menatanya di rak.
“Yang ngajari siapa?”
“Mama,” jawab Nafiza singkat sambil setengah berlari ke arah kursinya.
Kejadian ini terus berulang. Dari awalnya buku tentang cara membaca suku kata dan kata, hingga akhirnya Nafiza mulai tertarik pada buku cerita. Menanggapi respons Nafiza itu, Bu Wiwik kian yakin akan cara yang ia gunakan. Sebelum pulang, Bu Wiwik mengingatkan Nafiza untuk membawa pulang buku cerita yang ia sukai.
Nafiza dan mamanya membuktikan ketangguhan mereka. Perjuangan dan konsistensi mereka berbuah manis. Meski masih terbata, Nafiza kini makin percaya diri saat diminta untuk membaca. Semoga tahun depan Nafiza mendapatkan penghargaan sebagai anak yang paling rajin membaca. (A2)
Your ideas absolutely shows this site could easily be one of the bests in its niche. Drop by my website 92N for some fresh takes about Cosmetic Treatment. Also, I look forward to your new updates.
Masya Allah..Semangat nak sholehah semoga istiqomah senang membaca, sehat dan bahagia selalu nak
Masyallah, Nafiza hebat. Semoga selalu semangat dan istikamah dalam belajar.
Perkembang Mbak Nafiza sangat bagus, yang sebelum belum bisa membaca sekarang sudah menunjukkan kemampuannya bahkan senang membaca
masyaallah semoga mba nafiza di beri keistikomahan untuk selalu belajar membaca juga semoga allah memberkahi niat dan ikhtiar nafiza dan mama
Masyaallah, semangat Mbak Nafiza. Semoga selalu istikamah dalam membaca