Lebih 5 menit dari pukul 9 anak-anak sudah mulai menggulung lengan baju dan celananya. Mereka bersiap untuk berwudu. Mereka akan melaksanakan salat Duha. Kapten Cemara sudah berdiri di depan teman-teman.

“Teman-Teman, kapten Cemara sudah siap. Kapten Cemara akan memberi aba-aba,” kata Bu Amik.

“Teman-Teman, apakah sudah siap berwudu?” tanya Kapten Cemara.

“Sudah …,” jawab anak-anak.

“Sebentar, Bu Amik! Teman-Teman, itu ada kursi yang belum rapi. Kursi siapa ya, itu?” sela Bu Shoffa.

“Oh, iya. Kursi belakangnya juga belum rapi, Bu Shoffa,” sambung Bu Amik sambil menunjuk kursi yang dimaksud.

“Kursi siapa itu?” lanjut Bu Amik.

Nggak tahu, Bu …,” jawab anak-anak.

“Yang depan tempat duduknya Qaleed, Bu,” kata Fillio.

“Yang depan, kan tempat duduknya Qaleed. Nah, belakangnya Qaleed tempat duduknya siapa?”

“Kalau belakangnya Qaleed kosong, Bu. Tapi kalau belakangnya lagi, tempat duduknya Adit, Bu,” jawab Itaf.

“Siapa yang mau membantu merapikan?” tanya Bu Shoffa.

Tanpa diminta, Daffa berdiri dan menuju kursi yang dimaksud Bu Shoffa dan Bu Amik. Daffa hendak merapikan kursi-kursi itu. Dengan cekatan Daffa merapikan kursi pertama. Kemudian beralih ke kursi di belakangnya. Sebelum merapikan, Daffa menyempatkan melongok laci meja.

“Hei! Ada bungkus beng-beng!” seru Daffa.

“Ah! Saya buang saja,” sambungnya.

Daffa mengambil bungkus beng-beng yang dilihatnya. Kemudian merapikan kursi. Selanjutnya ia menuju ke tempat sampah dan memasukkan bungkus beng-beng ke tempat sampah.

Saat berjalan menuju ke tempat sampah, ia melewati Ustazah Layla dan Bu Amik. Ia berjalan dengan membungkuk sambil mengatakan permisi. Begitu juga saat ia kembali ke tempat duduk. Daffa telah mempraktikkan apa yang telah diperolehnya.

“Terima kasih, Mas Daffa,” kata Bu Shoffa.

Kapten Cemara memberi aba-aba setelah teman-temannya kembali rapi.

“Tepuk wudu!” seru Kapten Cemara.

“Tepuk wudu! Plok plok plok … baca basmalah sambil cuci tangan,” ucap anak-anak sampai selesai sambil meragakan gerakannya.

Setelah selesai tepuk, Bu Amik berkesempatan menyampaikan refleksi yang dilakukan Daffa, sekaligus memberikan pesan.

“Teman-Teman, baru saja kita lihat. Mas Daffa bersedia membantu merapikan kursi yang belum rapi. Mas Daffa juga dengan senang hati mengambil bungkus beng-beng yang ada di laci. Kemudian memasukkan ke tempat sampah. Saat melewati Ustazah Layla, apa yang dilakukan?” tanya Bu Amik

“Membungkuk,” jawab anak-anak.

“Sambil berkata apa?”

“Permisi.”

“Hal itu baik atau tidak?”

“Baik.”

“Kalau begitu baiknya bagaimana?”

“Dicontoh.”

“Ditiru.”

“Betul sekali. Sebaiknya sesuatu yang baik itu kita contoh. Jika ada yang mencontoh kebaikan yang dilakukan Mas Daffa, maka itu menjadi amal jariah buat Mas Daffa. Enak, kan? Yang melakukan orang lain, yang memberi contoh masih mendapat pahala. Kalau mendapat pahala, apa balasannya?”

“Surga ….”

“Benar sekali.”

“Enak, ya? Allah kan Maha Baik.”

Seneng, nggak?”

Seneeeng ….”

Setelah mendapat refleksi dan sedikit pesan, anak-anak melanjutkan kegiatan menuju tempat wudu. Mereka berwudu kemudian melaksanakan salat Duha dengan tertib.

Itulah pesan hari pertama masuk selain pelajaran tentang memaafkan yang disampaikan oleh Pak Kambali, saat acara halalbihalal di musala. Terima kasih, Mas Daffa sudah menjadi contoh bagi teman-temannya.

Bagikan:

By Suparmi

2 thoughts on “Pelajaran Jumat Itu”
  1. terima kasih bapak/ibu guru apresiasinya untuk keseharian Daffa di sekolah yang tertuang dalam anekdot, semoga bisa selalu konsisten

  2. Masyaallah, Daffa hebat. Semoga menjadi contoh baik untuk teman-temannya.

Comments are closed.

Scan the code