Selasa (5/3/2024), anak-anak kelas 2 SDIH 02 terjadwal belanja bahan-bahan puding. Setiap kelompok mencatat bahan yang akan dibeli: Nutrijell 30 gram, gula pasir 250 gr, dan susu UHT full cream 250 ml. Mereka juga mencatat alat-alat yang akan dibawa masing-masing: panci, pengaduk, sendok dan lepek, serta cetakan. Sebelumnya, setiap kelompok menentukan ketua kelompoknya. Mereka dipersilakan berdiskusi. Alat-alat yang akan dibawa oleh setiap anggota kelompok itu pun hasil diskusi di antara mereka sendiri.

Terdapat tujuh kelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari tiga sampai empat murid. Mereka berbelanja di Sumber Rejeki, toko yang menyediakan bahan kue dan plastik. Toko ini terletak di Jl. Jati Raya No. 83, Srondol Wetan. Jarak dari SDIH 02 ke toko Sumber Rejeki kurang lebih 1,0 km. Jika para murid berjalan kaki, dibutuhkan waktu kurang lebih 13 menit. Namun, bapak/ibu guru memutuskan para murid naik BRT atau angkutan umum agar menambah pengalaman.

Sebelum belanja, ketua kelompok diberi uang oleh Bu Amik. Setiap kelompok mendapatkan uang yang jumlahnya bervariasi, ada yang Rp25.000,00; Rp30.000,00; dan Rp50.000,00. Tujuannya, para murid mampu menghitung jumlah kembalian yang bervariasi dari setiap kelompok.

Berhubung ada tujuh kelompok, dibentuklah tiga “kloter” belanja. Setiap kloter terdapat dua sampai tiga kelompok yang berisikan enam sampai delapan murid yang didampingi oleh satu bapak/ibu guru. Kloter pertama berangkat pada Selasa (5/3/2024), didampingi Bu Amik. Mereka berangkat setelah jam istirahat (10.45) dan tiba kembali di Sekolah pukul 11.25.

Kloter kedua berangkat sekitar pukul 12.35 didampingi Bu Shoffa. Kloter kedua terdiri dari kelompok 3 putra dan 2 putri, yang beranggotakan Itaf, Rayya, Kennard, Hafidz, Nadia, Naren, Lintang, dan Hasna. Namun, Lintang izin karena sakit sejak hari Senin (4/3/2024). Jadi, Lintang belum bisa ikut belanja.

Sebelum berangkat, Itaf memimpin doa naik kendaraan di selasar kelas 2. Usai berdoa, para murid menuju halte yang letaknnya tak jauh dari SDIH 02. Tepatnya di depan gerbang SDIH 02.

Alhamdulillah, tak butuh waktu lama, kurang dari lima menit, BRT tampak dan berhenti di halte.

Yeay,” sorak para murid sembari masuk ke BRT.

BRT terasa longgar, hanya seorang siswa yang memakai seragam putih-biru yang duduk di dekat pintu.

“Yang pake baju bebas murid atau umum, ya, Kak?” tanya kernet BRT dengan tersenyum.

“Murid, Kak. Tadi seragamnya basah,” jawab Bu Shoffa memberi informasi.

Tuh, Naren. Ditanyain beneran, kan? Embuh, lo. Enggak murid SD Islam Hidayatullah 02, lo,” goda Bu Shoffa.

Aaa, Bu Shoffa,” jawab Naren gemulai.

Spontan para murid juga ikut menggoda Naren.

Saat wudu Duha, celana Naren basah terkena air. Ia pun meminta izin untuk mengganti seragamnya dengan baju muslimah.

Memang, sejak kelas 1, setiap murid diminta membawa baju ganti yang ditinggal di loker masing-masing. Antisipasi kejadian yang tidak terduga. Contohnya, seragam basah terkena air atau lainnya.

Tak terasa, BRT berhenti di halte seberang kantor pos. Para murid turun, kemudian berjalan membentuk barisan menuju toko Sumber Rejeki. Sesampainya di toko, para murid langsung mencari bahan sembari memegang secarik kertas, catatan bahan yang akan dibeli.

“Eh, Nutrijellnya enggak ada yang 30 gram, ik, ” celetuk salah seorang murid.

“Ini ada yang 20 gram,” jawab Nadia.

Ya udah, kita cari yang 10 gram,” jawab salah seorang murid.

Setelah mencari, ternyata stok Nutrijell 20 gram dan 10 gram yang mereka pengin berbeda rasa. Akhirnya kelompok 2 putri memutuskan mengambil rasa mangga yang 10 gram sebanyak tiga saset. Jadi totalnya 30 gram. Setelah mendapatkan bahan-bahan, mereka mengantre di kasir.

“Aku ngantre di kasir satu, ya. Kalian ngantre di kasir 2,” perintah Itaf kepada kelompok 2 putri.

Alhamdulillah bahan-bahan sudah mereka jinjing. Saatnya kembali ke Sekolah.

Para murid menunggu di halte depan kantor pos. Tak berselang lama, BRT lewat dan berhenti.

“Halo, Kak …. Bisa naik tapi enggak semuanya. Gimana?” sapa kernet dengan membuka pintu BRT.

Ooo, ya udah, Kak. Enggak jadi. Terima kasih.”

BRT berlalu, melanjutkan perjalanan.

“Teman-Teman, mau naik mikrolet apa feeder?” tanya Bu Shoffa.

Feeder aja, Bu,” jawab para murid serempak.

Para murid bergurau. Ada yang selawatan diikuti teman-temannya.

“Jaga sikap, Ken!” tegur Hafidz kepada Kennard, yang sikapnya berlebihan.

Masyaallah. Spontan Bu Shoffa terkejut dengan sikap Hafidz yang mengingatkan temannya. Padahal posisi sedang di luar sekolah. Bisa saja Hafidz mengikuti teman-temannya yang bergurau berlebihan. Namun, Hafidz memilih tidak mengikutinya.

Sepuluh menit berjalan. BRT tak kunjung datang.

“Teman-Teman, nanti kalau jam 13.10, feeder belum lewat, kita naik mikrolet, ya,” pesan Bu Shoffa.

Alhamdulillah tak berselang lama BRT berhenti.

Lo! Feeder yang tadi, ik,” celetuk para murid saat kernet membukakan pintu.

“Iya, nih!” jawab sang kernet dengan senyum.

Para murid bersegera menaiki tangga masuk ke BRT. Kali ini penumpang hampir memenuhi jok-jok yang tersedia.

Alhamdulillah sudah sampai di halte seberang SDIH. Saat turun, para murid mengantre. Mereka melewati ibu-ibu yang sedang duduk di jok. Nadia, Naren, Hafidz, dan Kennard spontan membungkukkan badannya.

Masyaallah. Bu Guru berdecak kagum. Sejak dini, para murid sudah membiasakan sopan santun. Tak hanya di sekolah, mereka pun membiasakan di luar sekolah. Semoga sopan santun tersebut terjaga hingga kelak mereka tumbuh dewasa. Amin.

Dan kegiatan belanja serta naik BRT tak hanya menjadi pengalaman bagi murid, tapi juga guru. Guru mengetahui sikap para murid ketika di luar sekolah.

Bagikan:
4 thoughts on “Belanja dan Naik BRT”
  1. alhamdulillah meskipun di luar lingkungan sekolah namun anak-anak tetap menjaga sikapnya dan tidak berlebihan dalam bergurau

  2. Alhamdulillah, anak-anak terus menjaga perilakunya di mana pun berada. Terima kasih, anak-anak, guru-guru, dan lebih-lebih para wali murid yang bersabar mendidik putra-putrinya.

Comments are closed.

Scan the code