“Sikap berdoa,” Kapten memimpin doa sebelum makan siang.

Makan siang bersama dijadwalkan setelah salat Zuhur. Murid-murid makan dengan lahap dan tenang. Anak-anak yang selesai makan lebih dahulu, bisa melanjutkan membaca buku, bersantai, atau bercanda, sembari menunggu semua selesai makan. Sesekali, Bu Wiwik atau Bu Eva mengingatkan anak-anak agar memakai kaus kaki. Supaya ketika bel berbunyi, sebagian besar sudah siap untuk doa setelah makan lalu melanjutkan pembelajaran.

“Yang sudah selesai makan, kaus kakinya dipakai, ya,” aba-aba sang guru.

Pil juwèh anti jêlèh” yang harus “diminum” oleh guru memang besar manfaatnya. Kala mengingat istilah itu, suasana hati niscaya tetap aman. Meski sudah setiap hari diingatkan, tetap saja anak-anak kadang lupa. Yang dewasa pun begitu. Harapannya, satu kali digingatkan langsung dilaksanakan. Tetapi jika satu kali tak mempan, bisa dicoba lagi. Namanya juga pil juwèh anti jêlèh.

Begitu juga perihal kebersihan dan kerapian kelas. Meski belum terceklis semua target-targetnya, guru harus punya banyak cara. Salah satunya mengenai kebersihan karpet kelas. Satu anak pernah mendapat bintang karena membersihkan karpet. Ternyata cara tersebut belum cukup memancing kepekaan anak-anak. Barangkali, anak-anak belum bisa merasakan perbedaan ketika karpet bersih dan kotor. Dari segi kenyamanannya.

“Karpetnya kotor sekali, ya?” celetuk Bu Eva memberi kode kepada murid-muridnya.

Semula, Bu Eva hendak melanjutkan dengan mengajak anak-anak yang sudah selesai makan untuk bersama-sama membersihkan karpet. Ternyata, tanpa menunggu perintah, ada anak yang langsung beraksi: Aza. Alhamdulillah, batin Bu Eva.

Inisiatif Aza lalu diikuti dua temannya: Kinanthi dan Inara. Padahal Aza tidak mengajak keduanya. Aza mendapat dua kebaikan: atas inisiatifnya dan atas perannya sebagai pemengaruh.

Kinanthi dan Inara juga berhak mendapat dua kebaikan. Karena keesokannya, ada dua temannya lagi yang ikut membersihkan karpet: Shaqueena dan Elora. Kinanthi dan Aza juga ikut aksi lagi.

Tak berhenti di situ. Shaqueena dan Elora juga mendapat kebaikan. Karena aksi mereka diikuti Alisha dan Vira. Alhamdulillah, karpet menjadi lebih bersih. Kalau begitu, ini kebaikan berantai. Karena yang semula ada dua kebaikan, kini menjadi banyak kebaikan.

Hari itu, Senin (07/08/2023), ketiganya—Aza, Kinanthi, dan Inara—mendapat penghargaan berupa stiker bintang dari Bu Wiwik. “Siapa tahu, bintang kali ini bisa jadi umpan yang efektif untuk melatih kepekaan murid-murid,” batin sang guru.

Aza, Kinan, dan Inara sedang membersihkan karpet. Tristan dan Dea tengah memakai kaus kaki.
Bagikan:
5 thoughts on “Kebaikan Berantai”
  1. Berawal dari satu kebaikan Mba Aza, sekarang teman-teman yang lain juga mengikuti.

  2. Semoga teman-teman selalu istikamah dalam kebaikan dan jangan lupa saling mengajak teman dalam melakukan kebaikan.

Comments are closed.

Scan the code