“Berikutnya, kategori siswa paling ringan tangan. Ringan tangan maksudnya suka menolong, Bapak/Ibu,” ucap Ustazah Layla, “Diberikan kepada ananda Naufal Alfian Karim. Putra dari Bapak Guntur Prima Herdiawan dan Ibu Mia Sumiati.”

Ya, salah satu mata acara dalam Ekshibisi Kreativitas Siswa kali ini adalah pemberian penghargaan kepada murid-murid yang berprestasi. Prestasi akademik dan nonakademik.

Lima anak maju ke panggung. Menerima penghargaan atas prestasi mereka: Aza dan Itaf dengan delta mengaji tercepat, Kalynn dengan capaian mengaji tertinggi, Lintang sebagai siswa yang paling rajin berangkat sekolah, dan Naufal sebagai siswa yang paling ringan tangan.

Dari kanan: Bu Wiwik, Aza, Itaf, Kalynn, Lintang, Naufal, Pak Kambali, dan Ustaz Aruf berpose setelah serah terima penghargaan

***

Semakin siang, suasana ruangan semakin kurang kondusif. Para siswa mulai tampak tak betah duduk di posisi masing-masing. Bu Wiwik mengondisikan para siswanya dan mengingatkan mereka untuk menjaga diri. Ustazah Layla kemudian memanggil penampil berikutnya.

Fillio, Haqqi, Naufal, Hafidz, Langit, dan Aza maju ke panggung. Tidak tampak raut ketegangan di wajah mereka. Tidak pula tampak sikap “jaim” meski hendak pentas. Mereka bertingkah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Tidak bisa diam. Keenam anak ini bertugas membacakan surah pendek Al-Qur’an.  Satu surah setiap anak.

Ustaz ‘Aruf menata satu per satu posisi anak. Dalam hitungan detik, tatanan itu kembali bubar. Bu Wiwik hanya tersenyum memandang polah murid-muridnya. “Nanti saat tiba waktunya, mereka pun akan fokus pada tugas masing-masing,” batin Bu Wiwik. Begitu Aza berhitung 1-2-3, kelima anak itu kompak mengucapkan salam sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Ilmu kebatinan Bu Wiwik terbukti! Hehe.

Fillio, Hafidz, dan Aza memegang mikrofon. Seusai membacakan surah Quraisy, Fillio memberikan mikrofonnya kepada Haqqi. Begitu seterusnya hingga giliran Naufal. Ketiganya berhasil melaksanakan tugas mereka dengan baik.

Tiba giliran Hafidz. Ia bertugas membacakan surah Al-Insyirah. Saat Hafidz membaca taawuz dan basmalah, Naufal menyadari ada yang berbeda dengan suara mikrofon Hafidz. Suaranya tidak sekeras dan sejelas mikrofonnya tadi. Naufal segera menggulung kabelnya, bermaksud menyerahkan mikrofonnya ke Hafidz. Meski keduluan Ustaz ‘Aruf yang juga sigap, Naufal tak kehilangan peran. Ia segera mengambil mikrofon Hafidz yang kurang keras tadi dan meletakkannya di belakang Hafidz.

Naufal membantu Hafidz dan Ustaz Aruf

Tak hanya berhenti di situ saja. Saat tiba giliran Langit membacakan surah Ad-Duha, sikap peduli dan ringan tangan Naufal kembali terlihat. Meskipun ia sempat bermain dengan Haqqi, Naufal sadar jika suara Langit tak sekeras Hafidz. Dengan sigap, Naufal menuntun Langit agar mendekatkan mikrofon ke mulut Langit. Dan benar saja, suara Langit menjadi lebih keras.

Tidak hanya itu. Kepedulian Naufal telah teruji berkali-kali. Sejak awal tahun ajaran baru, Naufal telah menunjukkan kepedulian dan sikap suka menolongnya. Bahkan, sepanjang semester 2 lalu, Naufal istikamah menata sajadah dan lepak katering teman-temannya.

Sungguh sangat layak jika Naufal mendapat penghargaan sebagai murid paling ringan tangan. (A2)

Bagikan:
9 thoughts on “Ringan Tangan”

Comments are closed.

Scan the code