Bu Dian sedang menerima rapor putranya, Fillio.

Pukul 11.33. Saya terima kiriman fail. Dari Bu Wiwik. Nama fail: Anekdot Siswa. Dalam KBBI, anekdot bermakna “cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya”. Terlintas dalam pikiran saya: fail ini berisi tulisan mengenai kejadian nyata yang dialami siswa. Bisa jadi interaksi antarsiswa, atau bisa pula interaksi antara guru dan siswa.

Fail saya buka. Terdiri atas 28 halaman. Halaman pertama memuat anekdot siswa atas nama Rayya. Nomor urut presensi Rayya: 1. Halaman kedua, siswa nomor urut 2. Dan seterusnya hingga 27 siswa. Namun, mengapa jumlah halaman failnya 28?

Tiap halaman saya baca satu per satu. Wow, asyik sekali membaca kejadian-kejadian yang dialami anak-anak. Cukup detail. Memuat tanggal dan kronologi singkat kejadian.  Akhirnya terjawab, mengapa jumlah halaman lebih 1 dibanding jumlah siswa. Ternyata ada satu siswa yang catatan anekdotnya membutuhkan 2 halaman.

Saya juga memperhatikan tanggal kejadiannya. Kapan tanggal tertua? Ketemu. 7 November 2022. Yang termuda: 6 Desember 2022. Muncul beragam pertanyaan dalam pikiran. Mengapa Juli—Oktober 2022 tidak muncul? Apakah sengaja dimulai November 2022? Bila demikian, mengapa pilihannya November? Apa dasar pilihan tersebut? Juga yang tidak kalah penting adalah pertanyaan ini: bagaimana pencatatan ini dilakukan? 

Saya pernah mengalami sebagai guru kelas. Selama 3 tahun. Saya bisa membayangkan betapa repotnya pekerjaan pencatatan ini. Kalau toh berhasil mengalahkan “repot”, tantangan berikutnya adalah cara menjalankannya secara konsisten. Berdasarkan pengalaman, saat awal pelaksanaan biasanya berjalan lancar dan penuh semangat. Namun, setelah berjalan satu pekan atau katakanlah sepuluh hari, biasanya mulai terasa berat. Bukan hanya karena terasa monoton dan membosankan, melainkan juga karena tuntutan tugas lain yang tidak kalah menyita waktu. 

Akhirnya terjawab. Mengapa pencatatan dimulai November 2022? Ternyata karena ide tersebut baru muncul pada awal November. Kemunculan ide tersebut tidak tiba-tiba, tetapi hasil pemikiran sejak awal tahun (Juli 2022) hingga Oktober 2022. Berangkat dari tulisan rutin yang dibuat oleh Bu Wiwik dan Pak Kambali, lalu muncul beragam ide untuk membuat portofolio perilaku semua anak. Penyusunan portofolio ini diyakini akan berdampak positif pada tumbuh kembang karakter anak.

Memang sempat terpikir untuk menunda dan memulainya di semester genap (Januari 2023) supaya tampak utuh satu semester. Namun, dari pengalaman yang sudah-sudah, penundaan—dengan maksud baik sekalipun—justru berisiko menggagalkan eksekusi ide. Maka diputuskan tetap dimulai walaupun pencatatan baru dilakukan mulai November. Dengan komitmen: penyempurnaan perlu dilakukan pada semester genap.

Bagaimana dengan cara pencatatannya? Ternyata Bu Wiwik mencatat tidak di buku, tidak di kertas, tidak pula diketik di MS Word atau MS Excel, apalagi aplikasi khusus.  

“Itu bukan saya yang membuat, Pak. Namun, teman-teman semua,” tegas Bu Wiwik. 

Pencatatan dilakukan tidak hanya oleh Bu Wiwik. Semua guru melakukannya. Bahkan, pengabdi non-guru juga melakukannya. Mereka memanfaatkan WhatsApp. Dibuat satu grup khusus. Semua pengabdi karier (guru dan non-guru) menjadi anggota grup. Tiap anggota menuliskan kejadian yang ditemuinya dalam bentuk chat yang dikirim ke grup. Anggota lain dipersilakan memberikan tanggapan atas chat yang terkirim.  Terutama jika chat tersebut masih menampilkan kronologi kejadian yang belum utuh. Dengan begitu, sesama anggota grup otomatis saling belajar. Bahkan, anggota grup juga mendapatkan info mengenai perkembangan perilaku anak meskipun ia tidak secara langsung berinteraksi dengannya. Ini menjadi input berharga ketika anggota grup berinteraksi dengan anak yang bersangkutan dalam proses pembelajaran.

Catatan anekdot ini hendak disampaikan oleh Bu Wiwik kepada wali siswa bersamaan dengan penerimaan rapor, yang dijadwalkan pada Jumat, 16 Desember 2022. Wali siswa akan mendapatkan gambaran kejadian yang dialami oleh anaknya masing-masing.

Bu Dian mengambil rapor putranya, Fillio.

Bagi saya, ini adalah persembahan luar biasa dari para guru. Saya sangat bangga dengan para guru yang bekerja luar biasa mewujudkan catatan anekdot ini. Prosesnya yang begitu panjang dan menuntut konsistensi telah menggambarkan betapa lelah para pelakunya dalam menghasilkan catatan anekdot. Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi atas kerja keras para guru SD Islam Hidayatullah 02. Saya meyakini ikhtiar ini sangat berpengaruh terhadap upaya pembentukan karakter siswa. (A1)

Bagikan:
3 thoughts on “Kerja Luar Biasa”

Comments are closed.

Scan the code