Selasa, (11/03/2025). Hari kesebelas di bulan Ramadan. Bulan penuh kemuliaan dan keberkahan. Pukul 07.30. Bapak dan Ibu Guru mengawali aktivitas di sekolah dengan tadarus Al-Qur’an di ruang kepala sekolah. Kurang lebih 15 menit, tadarus Al-Qur’an selesai. Dilanjut dengan koordinasi singkat terkait kegiatan kafilah dakwah dari SMPIH, yang sudah menanti di hari itu.

Suara bel pertanda waktu masuk kelas berbunyi. Menjadi alarm bahwa koordinasi harus dicukupkan. Bapak dan Ibu Guru serta anak-anak segera berbaris di depan kelas untuk persiapan masuk kelas. Doa untuk mengawali pembelajaran dilantunkan di dalam kelas. Dilanjut dengan tahfiz pagi. Beberapa menit kemudian, bel berbunyi lagi. Pertanda pergantian pelajaran. Kali ini, pembelajaran di kelas diganti dengan kegiatan kafilah dakwah dari SMPIH. Semua anak segera berkumpul menuju musala—tempat kegiatan kafilah dakwah dari SMPIH. Setelah semuanya berkumpul, kegiatan pun dimulai.

Di tengah-tengah kegiatan, saya tidak sengaja mendengar percakapan singkat yang menarik.

“Ken, celanamu itu, loh, bolong. Nanti salat Zuhurmu gimana?” tanya Daffa sembari menunjuk ke arah lutut—bagian celana yang bolong.

“Ya ditambal terlebih dahulu, bisa,” jawab Kennard.

Nanti menambalnya pakai kertas kemudian dikasih selotip, ya,” saran Daffa.

Kalau menambalnya saya lipat yang bolong terlebih dahulu, kemudian saya beri selotip, bisa, kan?ujar Kennard sambil mempraktikkannya.

Mendengar percakapan mereka, saya merasa senang.

Daffa mengingatkan Kennard terkait salat Zuhur dengan kondisi celana Kennard yang seperti itu. Tak sampai di situ, Daffa juga menawarkan solusinya. Akan tetapi, Kennard sepertikeberatan atas solusi Daffa. Ia pun berpikir cepat dan berhasil menemukan solusi alternatif yang lebih mudah.

Sebelumnya, teman-teman Daffa dan Kennard juga pernah mengalaminya. Beda kisah. Beda cara penyelesaian. Tapi intinya sama. Memperhatikan hal-hal terkait dengan ibadah, seperti salat. Masyaallah.

Bagikan:

Leave a Reply

Scan the code