Senin (27/5/2024) tak seperti hari biasa. Semua murid, guru, karyawan, dan lainnya yang masuk ke area berubin di Sekolah untuk pertama kalinya melepas alas kaki. Tak ketinggalan, guru kelas pun ditugasi untuk berangkat lebih gasik.

Sebelumnya, Rabu (22/5/2024) kepada semua murid disosialisasikan bahwa mulai hari Senin semua lantai gedung Sekolah menjadi area suci. Jadi, wajib lepas alas kaki. Namun, tak bisa dimungkiri, hari Kamis dan Jumat, adalah hari libur nasional. Dan Bapak/Ibu guru mengantisipasi karena mereka belum terbiasa melepas alas kaki saat memasuki selasar.

Para murid yang datang lebih awal berlalu-lalang mengingatkan temannya yang baru datang untuk melepas sepatunya sebelum memasuki selasar dekat musala baru. Tak ketinggalan Lintang. Saat Hasna—sahabatnya—tiba, Lintang langsung menyambutnya dengan memegangi tas Hasna sembari tersenyum tipis. Ia mendorong Hasna pelan menuju rak sepatu yang berada di lorong depan musala baru.

Bu Guru pun tersenyum melihat tingkah muridnya yang mengajak temannya melalui aksi nyata tanpa ada kata.

Bel berbunyi. Para murid berbaris di selasar depan kelas 2.

Jam pelajaran ke-2, setelah BAQ, digunakan oleh calon Bapak/Ibu Guru baru untuk microteaching.

Melihat jurnal PPK yang tergeletak di atas meja, Bu Shoffa teringat jurnal PPK pekan itu belum digunting. Tak butuh waktu lama, Bu Shoffa segera mengambilnya dan menggunting di meja salah satu murid.

“Bu Shoffa, Sultan boleh bantu? Sultan bosen,” lapor seorang murid.

Bu Shoffa ragu. Diizinkan atau tidak. Khawatir hasil guntingannya tidak sesuai yang diinginkan sang guru.

“Boleh. Sultan ngguntingnya kayak gini, ya!” jelas Bu Shoffa sembari memeragakan contoh.

Oke, Bu.” Sultan menggunting sesuai instruksi gurunya. “Gini, Bu?” tanyanya memastikan.

Siiip.”

Sultan tersenyum girang. Ia melanjutkan guntingannya lagi.

Bu Shoffa memercayakan jurnal untuk digunting oleh Sultan. Bu Shoffa pun melanjutkan memberi nama murid di setiap lembar jurnal.

Hingga semua kertas telah tergunting, “Bu Shoffa, ngguntingnya udah selesai. Sultan bantu nulis, boleh?”

Bu Shoffa senang, ini bisa jadi ajang untuk melatih kemampuan menulis sang anak. Namun, di  sisi lain Bu Shoffa juga ragu. Biasanya saat Sultan menulis masih tercampur antara huruf kapital dan huruf kecil.

Tak berpikir lama-lama. Bu Shoffa memastikan kepada Bu Wiwik, yang sedang mengamati calon Bapak/Ibu Guru di kelas 2. Alhamdulillah jawaban Bu Wiwik melegakan.

Bu Shoffa memberikan daftar nama panggilan murid kelas 2 kepada Sultan. Daftar nama tersebut berada di gawai. Namun sayang, tertulis dengan huruf kapital semua. Bu Shoffa memberikan pemahaman kepada Sultan bahwa huruf kapital hanya di awal saja.

Sultan mengangguk.

Ia dipercaya untuk menulis nama-nama nomor 1—7. Bu Shoffa memantau tulisannya. Sesekali ia keliru menuliskan huruf kapital di tengah.

Sultan dengan senang menerima koreksi dari gurunya. Ia melanjutkan menulis nama hingga nomor 12.

Masyaallah. Terima kasih, Sultan! Kesekian kalinya Bu Guru belajar dari Sultan.

Bagikan:
4 thoughts on “Ragu”
  1. Masyaallah, Sultan hebat. Semoga selalu istikamah dalam berbuat kebaikan.

  2. masyaallah terimakasih mas sultan sudah bersedia membantu bu shoffa, semoga mas sultan di beri kemudahan oleh Allah dalam belajar

  3. MasyaAllah, Sultan sudah memecahkan keraguan ibu guru. Semangat Sultan untuk belajar dan memperbaiki diri.

  4. MasyaAllah, Sultan benar-benar mematahkan keraguan Bu Shoffa bahwa Sultan mampu dan paham petunjuk dari Bu Shoffa

Comments are closed.

Scan the code