“Kenapa yang dapat bintang Haqqi, tok, Bu? Aku, kan, juga ikut!” protes Itaf dan Ridho bersamaan.
“Coba menurut Itaf sama Ridho, kenapa?” umpan saya.
“Hmmm. Karena kebaikan Haqqi jadi pahala jariah? Soalnya tadi diikuti teman-teman,” jawab Itaf.
“Nah, itu tahu! Betul sekali, Itaf. Meskipun yang dapat bintang Haqqi saja. Tapi Bu Guru juga berterima kasih banyak sama kalian, lo. Karena tadi Bu Guru dan Bu Puput lihat anak-anak setelah minum langsung bersegera membantu Haqqi,” terang saya. “Semoga kebaikan Teman-Teman juga mendapatkan balasan kebaikan dari Allah,” sambung saya.
***
“Teman-Teman, karpetnya kotor, nih,” ajak Bu Puput setelah sebagian anak selesai makan siang.
Haqqi, sedang asyik menulis di papan tulis pun, tanggap. Ia langsung menutup spidolnya dan bersegera menjumputi kotoran yang ada di karpet. Cukup lama ia menjumputi sendiri. Saya dibuat tertegun olehnya.
“Hitungan kesepuluh silakan duduk di karpet,” aba-aba Bu Puput. “Satu, … dua, … tiga, ….” lanjutnya.
Anak-anak bersegera menyiapkan diri, seperti minum terlebih dahulu. Melihat Haqqi masih menjumputi kotoran di karpet, Itaf bersegera mengikuti kebaikan Haqqi. Disusul Ridho, Fillio, dan Qaleed.
Melihat hal itu, saya tak ingin ketinggalan momen yang amat berkesan. Harus diapresiasi dan dipamerkan, nih.
“Bu Puput, mohon izin berbicara sebentar, njih,” pinta saya.
“Njih, Bu. Monggo,” jawab Bu Puput.
“Teman-Teman, masyaallah, hari ini Bu Guru sangat bersyukur sekali. Tadi pas Bu Puput bilang ‘Teman-Teman, karpetnya kotor, nih.’ Alhamdulillah ada yang tanggap. Padahal teman-teman lainnya sedang asyik bermain. Nah, anak ini menjumputi kotoran di karpet sendiri, lo. Setelah itu baru disusul sama Itaf, Ridho, Fillio, dan Qaleed. Atas kebaikannya, Bu Guru mau kasih bintang. Selamat, ya, Mas Haqqi! Semoga kebaikan Haqqi menular dan dilanjutkan sama Teman-Teman. Amin,” puji saya.