Doa dan tahfiz pagi telah usai. Murid-murid bersiap mengaji. Satu per satu murid menuju ruang mengajinya masing-masing. Terkecuali, yang mengaji dengan Ustaz Adhit di ruang kelas 1.
“Bu Eva, itu tas siapa di tengah jalan?” tanya Fatih.
“Itu punya Amira. Mas Fatih, tolong, panggilkan Amira, ya.”
Sepertinya Amira sudah telanjur sampai di tempat ngaji. Ia lupa belum menata tas dan isinya. Alzam dan Fatih termasuk murid yang mengajinya di kelas.
Alzam memanggil Amira beberapa kali. Namun, karena Amira tidak ada di kelas, jadi tidak ada jawaban. Tak lama, Alzam mengambil tas Amira yang tergeletak di lantai.
“Mas Alzam mau bantu?” tanya saya.
“Amira duduknya di mana?” tanya Alzam.
“Di kelompok Jeruk,” kata saya.
Alzam tampak bingung hendak meletakkan tas Amira di mana. Ia mencari kursi dan meja yang kosong di kelompok Jeruk sampai berhasil.
“Iya, ditaruh di situ saja, Mas Alzam,” suruh saya.
Ternyata Alzam mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam tas Amira. Ia menatanya dengan baik di laci meja sesuai aturan. Setelah itu ia memasukkan dua kursi milik temannya yang lupa ke kolong meja.
“Terima kasih, ya, Mas Alzam sudah berbuat baik,” ucap saya.
Alzam membalas dengan tersenyum.
Sebenarnya ini bukan kali pertama. Kerap kali Alzam peduli dengan barang milik teman-temannya.
Masyaallah, saya takjub dengan kepedulian Alzam. Saya tidak memintanya. Ia berbuat baik atas keinginannya sendiri.