Mobil Lembaga sudah datang. Saatnya berangkat. Meski ada satu tugas yang belum tertunaikan, bersyukur, Ustazah Layla berkenan melengkapi.

Sabtu pagi (27/01/2024) ini, Bu Wiwik, Bu Eva, Bu Amik, dan Bu Shoffa berangkat menuju Pudak Payung. Ke kediaman Lintang (kelas 2) dan Dea (kelas 1). Dea dan Lintang adalah kakak-beradik. Sengaja, home visit kali ini, wali kelas 2 dan 1 berangkat bersama-sama. Demi efisiensi dan efektivitas.

Setelah dirasa cukup, mereka berempat pamit. Pak Yuhanda—sopir yang bertugas—lantas mengantar Bu Wiwik dan Bu Eva ke rumah Rama. Keduanya ditinggal di rumah Rama. Bu Amik dan Bu Shoffa melanjutkan perjalanan ke rumah Valda.

Oma Rama membukakan gerbang. Rama, yang semula mengintip dari balik pintu, segera berlari ke dalam rumah. Ia tampak malu, layaknya anak-anak pada umumnya. Dari dalam rumah, dua tante Rama—Tante Rossi dan Tante Hana—menyambut. Tak ketinggalan, opa Rama turut menyambut. Sungguh sebuah kehormatan.

Rama mengintip dari dalam kamarnya. Malu-malu kucing.

“Mas Rama, sini, dong!” panggil Bu Wiwik.

Rama keluar dari kamarnya. Salim kepada dua gurunya, lalu duduk di samping omanya. Tante Rossi dan Tante Rama turut bergabung.

“Mas Rama sudah mandi? Sudah sarapan? Sudah salat Subuh?” tanya Bu Wiwik.

Ketiga pertanyaan itu dijawab “sudah” oleh Rama.

“Tadi salat Subuhnya di masjid, Bu, bareng opanya,” sergap oma Rama.

“Masyaallah, anak saleh. Keren, lo, Mas Rama,” puji Bu Wiwik.

Perbincangan mengalir. Seputar perkembangan Rama di kelas. Keluarga Rama tak sedikit pun menanyakan tentang capaian akademik Rama. Justru, oma Rama sungguh berbangga atas kesungguhan cucunya dalam mengaji.

“Saat TK, Rama belum bisa mengaji, Bu. Karena TK-nya TK umum, jadi tidak ada mengaji. Sebulan sebelum masuk SD, tantenya mengajari Rama mengaji. Sampai sekarang,” jelas oma Rama.

“Alhamdulillah. Mas Rama ini semangat sekali mengajinya, Oma. Sejak awal kelas 1, dia punya ketertarikan dan motivasi tinggi agar bisa mengaji,” respons Bu Wiwik.

Bu Eva turut mengamini apa yang disampaikan Bu Wiwik.

“Aku sudah hafal surah Al-Bayyinah!” sergap Rama.

“O, ya? Di kelas kan baru hafalan sampai ayat 5. Rama sudah hafal sampai akhir?”

“Sudah,” jawab Rama mantap.

“Coba, Bu Guru mau dengar,” pinta Bu Eva.

Ayat demi ayat dilantunkan oleh Rama. Dengan yakin dan percaya diri. Semua orang yang ada di ruangan itu memperhatikan dengan saksama. Bu Eva menggunakan jarinya untuk menghitung ayat yang sudah dilantunkan Rama. Pas delapan ayat. Rama berhasil melafalkan surah Al-Bayyinah dengan lancar.

“Masyaallah. Mas Rama keren! Surah Al-Bayyinah ini agak susah dihafalkan, lo. Dulu, Bu Wiwik suka kebalik-balik  waktu ngafalin surah ini. Yang ngajari siapa?”

“Tante Rossi. Aku juga sudah hafalan surah Al-Qadr. Sampai ayat 3,” jelas Rama.

“Alhamdulillah,” ucap Bu Wiwik sambil melirik ke arah tante Rossi.

Tante Rossi tersenyum dan mengangguk.

***

Rama, usianya masih belia. Namun, semangatnya begitu luar biasa. Gayung bersambut, dukungan keluarganya pun tak luput. Semangat Rama berbanding lurus dengan dukungan keluarga. Di Sekolah diajarkan, di rumah diulang, bahkan ditambah. Semoga semangat Rama ini senantiasa terpatri. Amin. (A2)

Bagikan:
One thought on “Semangat dan Dukungan”
  1. Masyaallah, walau masih kelas 1, Rama ngasih contoh yang sangat baik: Subuh di masjid.

    Rama hebat!
    Semoga Rama istikamah salat 5 waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *