Dukungan Orang Tua

Tahfiz bersama pengabdi baru usai. Ada dua pengabdi baru yang mengikuti tahfiz bersama saya: Bu Ambar dan Bu Afiifah. Satu pengabdi baru lainnya, Ustaz Adhit, ikut membantu Ustazah Layla dan Bu Wiwik membimbing tahfiz anak-anak di kelas. Waktu mulainya, pukul 07.00. Sama dengan tahfiz anak-anak di kelas. Tempatnya di ruang guru.

Pengabdi di SD Islam Hidayatullah 02 harus membiasakan diri membaca Al-Qur’an setiap hari. Salah satu cara yang saya lakukan adalah dengan tahfiz ini. 

Hari itu saya sengaja memberi kesempatan Bu Afiifah dan Bu Ambar keluar majelis terlebih dahulu. Saya masih ingin berada di ruangan. Kebetulan saat tahfiz berakhir, Bu Wiwik sudah masuk ruangan. Saya menghampiri Bu Wiwik dan membicarakan perihal Sultan. 

Usia Sultan memang paling muda dibanding anak-anak kelas 1 lainnya. Banyak keunikan Sultan yang dapat memberi pelajaran bagi para guru. Membimbing Sultan—bahkan untuk setiap siswa, penekanan satu anak ini dimaksudkan sebagai sarana untuk mempermudah pemahaman—memang lebih tepat apabila disesuaikan dengan karakternya. Terkadang, saat begitu banyak yang dipikirkan, saya menganggap Sultan mestinya berperilaku sama dengan temannya. Akibatnya, tanpa sadar, saya menuntut Sultan harus sama dengan teman lainnya. Jika temannya sudah bisa duduk dan siap membaca Jilid, mestinya Sultan juga demikian. Bila yang lain telah bersemangat membaca, seharusnya Sultan juga demikian. Dan seterusnya. Namun, saat otak berpikir jernih, tuntutan-tuntutan itu dengan sendirinya menghilang. Saya menyadari bahwa tiap siswa memiliki karakter unik yang berbeda-beda. Bahkan, saat seperti ini, saya justru sering tersenyum sendiri melihat perilaku unik Sultan.

Bu Wiwik telah melakukan beragam cara untuk menstimulasi siswa senang membaca. Berbagai cara tersebut telah dijelaskan kepada saya. Bahkan, saat momen pertemuan dengan orang tua/wali siswa, Bu Wiwik juga memaparkan berbagai upaya yang dilakukannya.

Bu Wiwik juga menyampaikan dukungan orang tua/wali siswa, “Hari ini mama Ridho, Bu Nila Widyastuti, membawa 22 buku untuk dipinjamkan kepada anak-anak dan ditaruh di kelas, Pak. Sebelumnya, mama Naren, Bu Mery Setiamarafita juga membawakan 10 buku.”

“Alhamdulillah.”

Saya sempatkan melihat buku-buku itu. Masyaallah, bagus-bagus semua. Bukan hanya dari sisi tampilannya, melainkan temanya juga sesuai dengan usia anak. 

Sebelum Bu Nila Widyastuti dan Bu Mery Setiamarafita, ternyata ada Bu Dian Susilowati, mama Fio, yang mengawali meminjamkan buku untuk anak-anak dan ditaruh di kelas. 

Saya bersyukur sekali. Orang tua/wali siswa sangat aktif mendukung kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di Sekolah. Secara langsung dukungan ini memberi manfaat kepada anak-anak, dengan menambah ragam bacaan di kelas. Sekolah juga sangat terbantu, bukan hanya keuntungan material, melainkan ada yang lebih besar dari itu: kemudahan bersinergi dengan orang tua/wali. 

Kerja sama antara guru dengan orang tua/wali sangat dibutuhkan dalam mengembangkan karakter anak-anak. Apalagi untuk sekolah yang non-boarding school. Pembiasaan yang telah ditanamkan di sekolah semestinya juga berlanjut di rumah. Dalam hal ini, di rumah yang paling berperan adalah orang tua/wali. Saya masih sangat ingat dengan tripusat pendidikan. Keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan anak sangat bergantung pada sinergi ketiga unsur ini. Semoga SD Islam Hidayatullah 02 dapat bersinergi dengan orang tua/wali. (A1)