“Siapa yang salat lima waktu?” tanya Bu Eva.
Sebagian besar anak-anak mengangkat tangannya, suatu dalil bahwa mereka telah melaksanakan salat lima waktu. Bu Eva pun tak lupa mengapresiasi mereka. Setiap ada hal baik yang dilakukan anak-anak, biasanya Guru memberikan apresiasi. Dengan harapan, hal baik tersebut dilanjutkan dan diistikamahkan oleh anak-anak.
Sebagian sisanya tidak mengangkat tangan, berarti mereka tidak melaksanakan salat lima waktu. Biasanya ada yang tidak melaksanakan kelimanya, tetapi itu sangat jarang. Yang paling sering adalah tidak melaksanakan beberapa waktu salat saja. Kepada yang tidak salat lima waktu pun Bu Eva dan Bu Wiwik tetap memberikan apresiasi atas kejujuran mereka. Disusul dengan pesan bahwa salatnya harus dilaksanakan.
Saya, yang berada di dekat pintu, mendengar satu sumber suara dari barisan kedua anak putra. Suara yang cukup lantang di tengah-tengah keriuhan.
“Salat itu bentuk terima kasih kepada Allah!”
Saya tengoklah ke arah sumber suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari Elqeil. Yang sedang menyampaikan argumennya kepada Bu Eva. Spontan, saya buka HP untuk mencatat kejadian tersebut di grup Daily Activity. Grup Telegram yang sengaja dibuat sekolah untuk mencatat perilaku anak-anak.
Kalimat tersebut sungguh mengagetkan saya. Biasanya yang mengatakannya adalah seorang dai, ustaz, kiai, dan sebagainya yang memberikan nasihat kepada orang lain. Tetapi kali ini sungguh luar biasa. Seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar mengatakan dengan percaya diri. Didengarkan oleh teman-temannya serta orang dewasa di dekatnya.
Saya yakin, Elqeil mendapatkan bimbingan agama yang baik di lingkungan keluarganya. Merupakan suatu bukti bahwa tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak anak. Entah itu pengaruh baik maupun buruk. Maka, sudah sepatutnya pada usia sekolah dasar ini hal yang baik-baiklah yang harus selalu ditanamkan kepada mereka di tiga pusat pendidikan tersebut. Wallāhu a’lam.