Murid-murid kelas 1E sedang berdiskusi sambil mengerjakan tugas

Lalu lalang kendaraan roda empat silih berganti memasuki area pengantaran siswa. Tak terhitung berapa ratus kendaraan yang telah melewati jalur tersebut. Bisa dibayangkan betapa padatnya. Seribu lebih siswa diantar menggunakan mobil pada waktu yang sama. Semuanya mengejar waktu agar tiba dengan tepat sebelum pukul 07.10.

Di selasar utama, guru putra dan putri telah berjajar menyambut kehadiran para siswa. Dari sana, sayup terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an. Rupanya, di ruang Kepala Sekolah, setiap pagi, para guru membacakan beberapa surah untuk mengawali hari. Begitu kata Ustaz Bambang, Kepala SD Al Hikmah, menjelaskan.

Bel berbunyi. Bergegas para siswa memasuki ruang kelas masing-masing. Tak tampak ketergesa-gesaan. Semua terlihat tenang, berjalan, tidak berlari sebagaimana biasanya anak-anak.

Alhamdulillah, saya berkesempatan mengikuti pembelajaran di kelas 1E. Ustaz Setiyo menyambut dengan ramah. Di sudut lain, Ustazah Tatik tersenyum manis sembari mengucap salam. Perkenalan singkat terjadi. Beliau tak segan menceritakan pengalamannya mengajar di SD Al Hikmah. Lima belas tahun membersamai siswa kelas 1 bukanlah waktu yang singkat dan tentunya sarat pengalaman.

Usai berdoa, Ustaz Setiyo mengawali pelajaran dengan mengevaluasi aktivitas siswa hari sebelumnya. Mulai dari salat, mengaji, belajar, hingga membantu orang tua. Sikap siswa saat berdoa pun tak luput dari evaluasi. Tak lupa, beliau mengajak para siswa untuk mendoakan temannya yang izin karena sedang sakit.

Ada hal yang menarik. Ustaz Setiyo selalu mengajak anak-anak merefleksi kegiatan yang telah dilakukan: seusai berdoa pagi, pembelajaran tiap sesi, setelah salat dan zikir, makan siang, hingga menjelang kepulangan. Anak-anak digiring untuk menilai diri sendiri dan kelasnya. Bagian mana yang sudah baik, bagian mana yang belum baik, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki. Di akhir sesi refleksi, anak-anak diajak untuk berkomitmen melaksanakan perbaikan yang telah didiskusikan bersama.

Ustaz Setiyo melibatkan murid-muridnya dalam refleksi

“Alhamdulillah, pagi ini anak-anak berdoa dengan khusyuk. Ustaz ucapkan terima kasih. Semoga besok selalu khusyuk, ya,” ucap Ustaz Setiyo yang disambut senyum semringah oleh anak-anak didik beliau.

Sebelum memulai pelajaran, Ustaz Setiyo menyempatkan diri untuk membuka aplikasi E-Sekolahku dan menemukan hal-hal yang perlu disampaikan kepada siswa.

“Anak-anak, Mbak Shakila sudah bisa menyetrika baju, lo!”

“Setrika itu yang seperti ini,” lanjut Ustaz Setiyo sembari menggambar sketsa sebuah setrika di whiteboard.

“Mbak Shakila pasti berhati-hati saat menyetrika karena setrika itu panas setelah dicolokkan ke listrik. Begitu ya, Mbak?”

Pertanyaan Ustaz Setiyo ini dijawab dengan anggukan oleh si empunya nama.

“Mbak Shakila hebat. Anak-anak semua hebat karena ceklis membantu orang tua tercentang semua. Tepuk tangan untuk kelas 1E.”

Ketika pembiasaan salat Zuhur pun, beliau tak segan menjeda bacaan dan gerakan siswanya jika ada yang belum tepat. Kali ini terjadi saat tahiat awal.

“Tolong berhenti dulu, Nak. Tadi Ustaz lihat ada yang belum mengacungkan jari saat membaca syahadat. Kita ulangi lagi, ya. Mulai dari syahadat.”

***

Sejalan dengan Ustaz Setiyo, Ustazah Haya, Sekretaris Direktur Al Hikmah, juga menekankan pentingnya evaluasi pada setiap program.

“Kekuatan pendidikan adalah proses. Proses membutuhkan evaluasi. Evaluasi menghasilkan tindak lanjut. Tindak lanjut menghasilkan inovasi program,” papar Ustazah Haya.

Betapa kuatnya keinginan untuk mengevaluasi diri di Al Hikmah. Mulai dari pimpinan hingga siswanya diajak terbiasa merefleksi. Evaluasi tak hanya sekadar mencari kekurangan diri, namun kemauan untuk memperbaiki. Bukankah termasuk orang yang rugi jika hari esok tak lebih baik dari hari ini?

Bagikan:
2 thoughts on “Tak Mau Rugi”
  1. […] Bu Wiwik merasa takjub akan apa yang disaksikannya. Ia lantas mengorek keterangan dari Ustaz Setiyo langsung. Beberapa kali beliau menekankan pentingnya refleksi dan evaluasi, sebagaimana diceritakan dalam tulisan ini: Tak Mau Rugi. […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *